Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

[CERPEN] Gara-Gara Bopo (Bagian 3)

Gambar
Cerita Sebelumnya Hari masih pagi, Sachi kembali ke kostnya berganti pakaian, dan pergi ke perpustakaan kampus untuk melengkapi referensi. Menapaki semester akhir ini memang hal yang tak bisa di anggap enteng. Dia masih menyimpan rasa dag dig dug kalau-kalau nanti Jojo bersikap ketus lagi. Pertemuan pertama dengannya tempo hari menyisakan trauma yang luar biasa. Belum pernah sebelumnya dia mendapat perlakuan ketus dari seorang lelaki. Kalau bukan karena demi lulus tepat waktu, rasanya mustahil mau bertemu. Jam tangan Sachi sudah menunjuk pukul 14.54. Masih ada sisa waktu kurang lebih 1 jam untuk bersiap menemui Jojo. Mengingat jarak kampus dan rumah makan milik Jojo cukup jauh, dia segera berkemas. Namun memorinya kembali terganggu, dia lupa belum menanyakan tempat ketemuannya. Mengingat bahwa dulu Jojo pernah berpesan bahwa dia tidak mau ditemui di restorannya, dengan alasan tidak mau terganggu pekerjaannya. Sachi segera mengambil ponselnya dan menelepon Raka. Lama tak ada...

[CERPEN] Gara-Gara Bopo (Bagian 2)

Gambar
Cerita Sebelumnya “Nak, kamu kenapa kok wajahnya kayak gak pernah disetrika?” “Akung, apaan sih. Emang baju?” “Iya, kusut.” Kakeknya terkekeh, sementara Sachi masih tetap dengan ekspresi semula. “Aku nggak jadi melakukan riset gara-gara terlambat ketemu bosnya si pemilik restoran, Kung.  Orangnya galak, judes kaya harimau yang siap menerkam mangsanya. ” “Maaf, pasti gara-gara jemput Akung ya, kamu jadi kehilangan kesempatan tugas pentingmu.” “Ya, nggak gitu, Kung. Bagiku Akung juga penting,” Sachi lalu memeluk kakeknya. Kakeknya yang selalu disebut akung itu tersenyum tulus dan membalas pelukan cucu semata wayangnya. Sudah hampir 3 tahun dia tidak mendapatkan pelukan seperti ini, terakhir mereka berpelukan saat melepaskan kepergiannya untuk melanjutkan kuliah di Yogya. “Apa yang bisa kakek perbuat untuk membantu tugas akhirmu ini, Nak?” Sachi hanya menggelengkan kepala dia juga bingung. “Kalau narasumber kamu susah diajak kerja sama ganti tempat peneliti...