Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

The Power of Qadarullah: Belajar Tenang Saat Takdir Tidak Sejalan Harapan

Gambar
  Aku pernah merasa jengkel, kecewa, bahkan ingin marah ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginanku. Rasanya seperti semua usaha dan harapan dipatahkan dalam sekejap. Saat itu, aku merasa punya cukup alasan untuk mengeluh. Tapi di tengah kemarahan yang hampir meluap, ada seseorang yang berkata  "Qadarullah." Tak lebih. Hanya satu kata itu. Tapi hatiku seperti dicegah untuk meledak. Langsung nyesss. Seperti ada kekuatan yang tidak terlihat dari kata itu. Menenangkan. Menahan. Bahkan menyadarkanku. Sejak saat itu, aku mulai memahami: Qadarullah bukan sekadar ucapan. Ia adalah bentuk kepasrahan yang paling elegan kepada Allah. Ia adalah jembatan antara usaha dan ridha. Ia adalah pengakuan bahwa kita ini hamba—yang tak tahu rencana utuh dari Sang Pengatur. Belajar Menerima Takdir Kalimat Qadarullah, wa maa syaa-a fa‘al berarti, "Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi." Kalimat ini bukan untuk orang yang lemah, justru untuk me...

[CERPEN] Gara-Gara Bopo (Bagian 3)

Gambar
Cerita Sebelumnya Hari masih pagi, Sachi kembali ke kostnya berganti pakaian, dan pergi ke perpustakaan kampus untuk melengkapi referensi. Menapaki semester akhir ini memang hal yang tak bisa di anggap enteng. Dia masih menyimpan rasa dag dig dug kalau-kalau nanti Jojo bersikap ketus lagi. Pertemuan pertama dengannya tempo hari menyisakan trauma yang luar biasa. Belum pernah sebelumnya dia mendapat perlakuan ketus dari seorang lelaki. Kalau bukan karena demi lulus tepat waktu, rasanya mustahil mau bertemu. Jam tangan Sachi sudah menunjuk pukul 14.54. Masih ada sisa waktu kurang lebih 1 jam untuk bersiap menemui Jojo. Mengingat jarak kampus dan rumah makan milik Jojo cukup jauh, dia segera berkemas. Namun memorinya kembali terganggu, dia lupa belum menanyakan tempat ketemuannya. Mengingat bahwa dulu Jojo pernah berpesan bahwa dia tidak mau ditemui di restorannya, dengan alasan tidak mau terganggu pekerjaannya. Sachi segera mengambil ponselnya dan menelepon Raka. Lama tak ada...

[CERPEN] Gara-Gara Bopo (Bagian 2)

Gambar
Cerita Sebelumnya “Nak, kamu kenapa kok wajahnya kayak gak pernah disetrika?” “Akung, apaan sih. Emang baju?” “Iya, kusut.” Kakeknya terkekeh, sementara Sachi masih tetap dengan ekspresi semula. “Aku nggak jadi melakukan riset gara-gara terlambat ketemu bosnya si pemilik restoran, Kung.  Orangnya galak, judes kaya harimau yang siap menerkam mangsanya. ” “Maaf, pasti gara-gara jemput Akung ya, kamu jadi kehilangan kesempatan tugas pentingmu.” “Ya, nggak gitu, Kung. Bagiku Akung juga penting,” Sachi lalu memeluk kakeknya. Kakeknya yang selalu disebut akung itu tersenyum tulus dan membalas pelukan cucu semata wayangnya. Sudah hampir 3 tahun dia tidak mendapatkan pelukan seperti ini, terakhir mereka berpelukan saat melepaskan kepergiannya untuk melanjutkan kuliah di Yogya. “Apa yang bisa kakek perbuat untuk membantu tugas akhirmu ini, Nak?” Sachi hanya menggelengkan kepala dia juga bingung. “Kalau narasumber kamu susah diajak kerja sama ganti tempat peneliti...