Postingan

Menampilkan postingan dengan label SERBA-SERBI INSPIRASI

Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Pantaskah Kita Insecure?

Gambar
Pernahkah kita merasa tidak berharga? Insecure, istilah yang sering kita gunakan, adalah perasaan di mana kita meragukan diri sendiri dan merasa tidak cukup baik dibandingkan orang lain. Tetapi, pernahkah kita merenung, bahwa ketika merasa demikian, sebenarnya kita telah mempertanyakan kesempurnaan ciptaan Allah? Allah berfirman dalam Al-Qur'an: "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 4) Jika Allah yang Maha Sempurna menciptakan kita dalam bentuk terbaik, lalu mengapa kita meragukan itu? Bukankah itu sama saja dengan merendahkan kesempurnaan-Nya? Naudzubillah, dosa besar jika kita sampai memandang rendah ciptaan Allah, apalagi diri sendiri. Tidak hanya itu, sikap menghina atau merendahkan orang lain pun memiliki konsekuensi yang serupa. Ketika kita menghina sesama manusia, kita tidak hanya menyakiti hatinya, tetapi juga menghina ciptaan Allah. Bayangkan, jika seorang pelukis menghasilkan sebuah karya, lalu kita mencemoohnya...

Ketika Iri Menggerogoti Hati

Gambar
  Rasa iri adalah emosi yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Dalam berbagai kesempatan, kita sering mendapati diri menginginkan apa yang dimiliki orang lain—entah itu pencapaian, harta, hubungan, atau bahkan keberuntungan kecil. Meski wajar, rasa iri yang dibiarkan berkembang tanpa kendali dapat merusak kedamaian hati dan hubungan sosial. Dalam tulisan ini, aku akan mengupas sedikit perihal akar penyebab rasa iri, dampaknya, dan bagaimana cara mengatasinya untuk mencapai ketenangan hidup. Akar Rasa Iri Rasa iri sering kali berasal dari kecenderungan manusia untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Perbandingan ini semakin intensif di era media sosial, di mana kita terus-menerus disuguhi kehidupan “sempurna” yang dipamerkan orang lain. Namun, akar dari rasa iri bukan hanya perbandingan sosial. Ada beberapa penyebab mendasarnya: Kurangnya Rasa Syukur Ketika kita terlalu fokus pada apa yang tidak dimiliki, kita melupakan betapa banyak yang sudah kita miliki. Harta bend...

Ghibah: Antara Obrolan Sehari-hari dan Kebiasaan yang Dinormalisasi

Gambar
Di zaman sekarang, kita mungkin sering denger kata ghibah , yang sebenernya artinya lebih dari sekadar ngegosip. Dalam ajaran Islam, ghibah berarti ngomongin keburukan seseorang di belakang mereka, walaupun hal yang diomongin itu benar. Meski terkesan sepele, ghibah nggak cuma ngerusak hubungan sosial, tapi juga dianggap dosa besar dalam agama. Kenapa Sih Orang Suka Ngegosip? Bergosip kadang bikin suasana obrolan jadi rame, dan ini beberapa alasan kenapa ghibah sering kejadian: Rasa kepo : Naluri manusia pengen tau hal-hal menarik dari hidup orang lain, termasuk yang negatif. Biar lebih diterima : Ada yang ngerasa lebih "nyambung" kalau ikut ngegosip bareng temen-temen. Supaya ngerasa lebih baik : Kadang orang ngegosip untuk menutupi kekurangan diri sendiri atau biar kelihatan lebih baik dibanding yang diomongin. Pandangan Islam tentang Ghibah Dalam Islam, ghibah dianggap sebagai perbuatan yang sangat tercela. Allah SWT mengingatkan kita tentang bahayanya dalam Al-Qur’an, tep...

Secepat itu Kita Mengeluh?

Gambar
Tepat bulan Mei kemarin.  Kegelisahan itu datang tanpa permisi, menyelinap di sela-sela langkah saat menghadapi kesulitan. Rasanya seperti ada beban yang tak terlihat, menekan dada, membuat napas terasa sesak. Pikiran berlarian tanpa arah, memutar berbagai kemungkinan buruk, seolah dunia berhenti mendengar suara harapan. Aku bertanya-tanya, mengapa hidup tak pernah berjalan mulus? Mengapa selalu ada tantangan yang menghadang, apa ini menguji batas kemampuanku? Kala itu dokter berkata bahwa suamiku harus segera opname karena sakit demam berdarah dan typus. Oke terdengar hanya penyakit yang tidak serius. Tapi ini rawat inap perdana sejak kami menikah. Entah mengapa  itu sudah membuatku buyar seakan banyak permasalahan yang harus kuhadapi. Mengurus administrasi rawat inap, mengurus anak, bolak balik rumah, rumah sakit, dan sekolah. Kulakukan sendirian, karena ada di perantauan, jauh dari saudara/keluarga dan tentunya gak mau merepotkan tetangga. So, hectic banget sampai kayaknya ...

Tak Apa Jika Pencapaian Kita Berbeda

Gambar
Moment lebaran, saat yang tepat untuk saling bersilaturahmi. Bisa bertemu dengan sanak keluarga tentu mengundang bahagia. Namun, sayang, ada beberapa orang yang menghindari moment tersebut. Ketika kebanyakan orang gembira menyambut kemenangan, tetap ada saja yang tidak seantusias itu menghadapi lebaran, malah cenderung sedih. Salah satu sebabnya ialah tentang satu kata yang bisa menjadi momok yang terkadang terselip dalam sebuah obrolan keluarga, yaitu pertanyaan yang diawali dengan "Kapan?" "Kapan lulus?" "Kapan kerja?" "Kapan nikah?" "Kapan punya anak?" "Kapan belum ada adiknya lagi?" (ehmmm kalau pertanyaan yang ini sering kudapati xixixixi)   dan masih ada kapan-kapan lainnya yang tak semua orang bisa menjawab ketika pertanyaan itu terlontar. Lantas apakah itu menjadi alasan untuk tidak bersilaturahmi? Sementara menjaga silaturahmi adalah hal mulia yang dianjurkan oleh agama.  Tak bisa dipungkiri, saat berkumpu...

Berhenti Mengikuti

Gambar
Ada seorang kerabat (bukan artis/selebgram) yang berpendapat, bahwa dia merasa insecure ketika jumlah pengikutnya lebih sedikit daripada jumlah yang diikuti. Lalu karena sedikit terpengaruh, aku mencoba memfilter lagi, akun mana yang perlu aku unfollow agar tidak terlihat timpang antara yang mengikuti dan pengikut. Selain menganut paham kerabatku tadi, aku juga merasakan dampak yang kurang bermanfaat ketika melihat sebuah postingan orang-orang yang tak kukenal, atau yang tak berfaedah bagi diriku. Terlebih akun-akun artis. Mengikutinya hanya membuatku seakan gila dengan kemewahan dunia, sehingga bawaannya baper, lupa bersyukur dan berujung sensi tingkat tinggi.  Jadi, untuk menjaga kewarasan ini, maaf, aku berhenti mengikuti. Siapa sih yang gak punya akun sosial media? Ehmm aku rasa mayoritas manusia di bumi ini memilikinya. Bahkan yang belum mencapai batas umur minimal ada sudah ada yang punya. Di era seperti saat ini, media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-ha...

Insecure Ketika Memberi

Gambar
Pernah nggak kepikiran kayak gini, "Kalau aku ngasih ini nanti dia terima ngga ya?" Trus ketika ada tamu, "Apakah yang kuhidangkan itu selevel ama lifestyle/selera dia?"  Sementara, menjamu dan memuliakan tamu adalah wajib bagi kaum muslim. Bukankah begitu? Lho kok Bisa? Ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan perasaan insecure saat memberi adalah: Perasaan tidak layak : Seseorang mungkin merasa tidak layak atau tidak cukup baik untuk memberikan sesuatu kepada orang lain. Ini bisa berasal dari rendahnya rasa percaya diri atau penghargaan diri yang rendah. Takut ditolak atau dinilai negatif : Takut ditolak atau takut mendapatkan tanggapan negatif dari penerima dapat menyebabkan ketidaknyamanan saat memberi. Seseorang mungkin khawatir bahwa apa yang mereka berikan tidak akan dihargai atau tidak memenuhi harapan orang lain. Perbandingan sosial : Perasaan insecure juga dapat timbul karena membandingkan diri dengan orang lain. Jika seseorang merasa bahwa...

Pandai Mengukur, Lupa Bersyukur

Gambar
“ Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ” (QS An-Nisa [3]: 32) Jalan masing-masing manusia itu berbeda-beda. Wajar bukan jika kenikmatan yang didapatkan pun berbeda? Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ “ Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu .” (HR. Muslim, no. 2963) Dal...