Postingan

Menampilkan postingan dengan label TENTANG MENULIS

Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Apakah Membuat Tulisan itu Merupakan Beban?

Gambar
Apakah menulis dianggap sebagai beban? Sebenarnya itu tergantung dari pendapat masing-masing individu. Beberapa orang mungkin menganggap menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan, memuaskan, atau bahkan sebagai cara untuk mengungkapkan ekspresi diri. Namun, bagi orang lain, menulis bisa menjadi tugas yang membebani, apabila mereka tidak merasa percaya diri dalam kemampuan menulis mereka atau jika topiknya sulit dan belum dikuasai. Jika masih merasa menulis itu beban, mungkin kita lihat dulu apa hakikat dan manfaat dari menulis itu sendiri. Menulis adalah salah satu bagian terpenting dari keterampilan berbahasa. Untuk bisa menulis dengan baik orang harus memiliki kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Tanpa ketiga kemampuan itu, maka menulis akan menjadi beban. Karena menulis membutuhkan bahan bacaan, bahan omongan, dan bahan wawasan lainnya. Menulis sebenarnya mudah. Semua orang bisa melakukannya. Semua orang bisa menulis dari yang didengar atau dilihat dari pengalama...

Gak Kebayang Bisa Nampang di Majalah Dinas Kebudayaan DIY

Gambar
Sampai saat ini, kayaknya aku masih malu dibilang penulis. Kalau definisi penulis adalah orang yang setiap hari menulis, ya aku bisa disebut itu. Kalau penulis adalah orang yang memproduksi tulisan hingga mendapatkan penghasilan, ya aku bisa disebut itu. Kalau penulis adalah orang yang pekerjaanya memang bersumber utama dari hasil tulisan. Ehmm aku belum memilih itu. Sampai akhirnya aku menulis hanya ketika dihadapkan dengan event-event. Baru deh aku membuat tulisan. Masalah tulisanku bermanfaat atau tidak sebenarnya aku tak tahu, karena itu biar menjadi penilaian publik. Contohnya tulisanku yang dimuat di majalah desa budaya ini. Awalnya aku diminta untuk mengikuti lomba menulis essay mewakili desaku dalam event lomba desa budaya. Walau endingnya aku belum membuat bangga desaku, hiks. Oh ya, betewe  sebagian masyarakat yang udah mengenalku, memang membranding diriku sebagai penulis. Yaaahh walau sebenernya aku masih insecure tauu. Mereka yang melabeli diriku sebagai penulis, merek...

Terompet dan Legenda O Bia Mokara

Gambar
  Haii...kemana aja diriku?? Udah hampir seminggu menapaki tahun baru. Yaps, ini adalah postingan pertama di tahun 2022. Tahun baru kemarin, aku ke mana aja??? Halowww...entahlah. Aku sendiri memang gak begitu interest dengan perayaan tahun baru, terlebih lagi agama Islam pun melarang ikut-ikutan hal yang seperti itu. Iya kan? Tau lah ya? Budaya nyalain kembang api, bakar-bakaran, tiup terompet itu ga ada perintahnya dalam Islam. Apalagi ini kan pergantian tahun baru masehi. Ngapain di rayain? Iya sih, secara administratif kita ngikutin kalender masehi, iyaps, oke, fine. Tapi hari itu sama aja. Masih 24 jam, matahari masih terbit dari timur dan tenggelam ke barat dan aku tambah tua 😟 Oke, karena secara kalender berubah menjadi awal yang baru, boleh membuat moment perubahan target baru, goals baru dalam hidup. Tapi itu lagi, cara memaknainya ya ga perlu pakai cara-cara jahilliyah. Ngomongin soal niup terompet. Jadi teringat kisah yang kualami tahun lalu. Sekitar akhir Desember 2020...

Apalah Aku

Gambar
Aku Ririn. Begitulah orang-orang terdekat memanggilku. Meskipun nama itu tidak sesuai dengan akta kelahiran dan di identitas KTP, tapi nama itu sudah melekat erat pada diriku sejak aku lahir, pada puluhan tahun silam. Tentang nama ini tentu membuat bingung orang-orang yang baru mengenalku. Ya, karena apalah aku? Artis bukan, kaya enggak, pinter juga enggak, cantik? emang iya? Ah, enggak juga. Tapi... Oke, aku jelaskan ya. Secara official, namaku adalah Siti Kadarini. Orang tuaku memberi nama itu bukan tanpa alasan. Siti itu adalah nama emakku, dan Kada itu diambil dari nama ayahku Kadir. Sedangkan Rini, dalam bahasa jawa berarti anak perempuan. So, sudah jelas bukan, arti di balik nama asliku itu. Anak perempuan dari bapak Kadir dan Ibu Siti. Namun karena nama emakku sama dengan nama depanku, jadi orang tuaku memutuskan untuk memanggilku dengan panggilan RIRIN. Karena nggak lucu kan kalau dalam satu rumah, ketika ada yang manggil Siti, nanti aku dan emakku noleh semua. Haha...

Kuat Karena Qoute

Gambar
Emang, jadi penulis dapat apa? Emang, jadi penulis bisa kaya? Pernah nggak denger ada komentar seperti itu? Kalau yang berkomentar itu orang yang gak dikenal mah santuy aja, tapi yang paling miris kalau komentar miring itu muncul dari mulut orang terdekat. Po ra ambyarrr. Huaahuaaa... Tapi kembali lagi ke tujuan awal kita. Tentang niat seperti yang pernah aku tulis sebelumnya  di sini Banyaknya rintangan yang menghadang, hempas kan saja. Tidak usah pedulikan nyiyiran. Kalau dibilang jadi penulis biar kaya? Iya dia pasti akan kaya. Kaya ilmu, kaya relasi, kaya wawasan. Iya kan?? 💞 Karena aku yakin, saat kita melakukan hal yang baik pasti akan mendapatkan respon baik pula. So, teruslah menulis, teruslah berkarya tanpa peduli seberapa besar penghargaan yang akan kau terima.

Ternyata, Istiqomah Itu Tidak Mudah

Gambar
Apa itu istiqomah? Nama tetangga sebelah? haaha. Bukan, istiqomah itu kata lain dari konsisten. Apa iya? Yaa, kalau ga percaya ya buka KBBI ajah. Kalau bukak KBBI istiqomah itu teguh pendirian atau selalu konsekuen.  Istiqomah ini juga berarti lurus, tanpa menyimpang dengan meninggalkan semua bentuk larangan dari Allah SWT. Tentu orang-orang yang istiqomah ini akan mendapat yang luar biasa dari Sang Maha Kuasa. Kata yang hanya terdiri dari 9 huruf ini top banget jika bisa diimplementasikan dalam hal/bidang yang kita tekuni Lalu, bagaimana istiqomah dalam hal menulis? Ini masih PR banget buat aku pribadi. Sebagai seseorang yang mendedikasikan hidup untuk menulis, tentu ini tantangan besar. Contoh nyatanya ya, ini nulis diblog saja, kayak abu-abu. Dibuat kapan, ngisinya kapan. Ahhh...maluu. Tapi, ada satu tekat aku pingin istiqomah, pokoknya everyday is nulis day. Doain ya, man-teman semoga bisa konsisten ngisi blog ini. Aamiiin. Oke, ada beberapa hal ya...

Bagaimana Aku Memulai Menulis?

Gambar
Sejak kecil aku sangat suka berimajinasi. Ya, boleh dibilang suka berkhayal. AKu sering bermain peran, meski hanya sendirian. Pernah aku meminjam handuk kecil milik Emak, yang biasa beliau gunkan untuk daleman mukena, biar gak langsung basah mengenai mukena yang berakibat hitam-hitam [sebut saja dogkremak, hihi]. Lalu aku menyulapnya menjadi rambut panjang terurai bak seorang putri raja, dan mulainya sebuah skenario kehidupan di sebuah kerjaaan. Tidak hanya sampai di situ, sebenarnya masih banyak imajinasi-imajinasi yang kumainkan saat masih kecil. Dan itu berlanjut ketika aku sudah menginjak SMP. Imajinasiku bertambah dengan adanya interaksi dengan lelaki. Aku mulai tertarik ketika melihat lelaki gagah yang berparas tampan. Disitu aku mulai berkahayal, bagaimana jika lelaki tampan itu menjadi pacarku. Ahhh...kayaknya bahagia. Begitulah apa yang kukira-kira. Dari imajinasi itulah aku mulai mengarang sebuah cerita, tentu dengan tokoh si laki-laki tampan itu. Aku mem...