Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Nikmati Proses, Kurangi Protes

Gambar
Bulan ini masih bernuansa kemerdekaan kan ya. Betewe tema kemerdekaan tahun ini cucok banget utk diriku. Tangguh dan tumbuh.  Sudah lama rasanya bumi kita prihatin atas musibah yang menimba. Oh corona. Oh iya ngomong-ngomong aku belum pernah mengulas tentang corona di blog ini. Padahal sudah hampir 2 tahun kita menghadapinya. Ahh ini aku yang keterlaluan terlena sampai lupa menuliskannya, atau memang aku tak mau membahas itu??  Ehmm...memang sih adanya corona ini menuai banyak pemahaman. Oke, tapi aku gak mah bahas soal banyaknya pemahaman itu. Hanya saja aku mau mengulas soal pendapatku saja, meskipun pendapatku pasti ada yang gak setuju. Eh ngomong-ngomong tentang "ketidak setujuan", bukan cuma soal corona, kadang pemikiran yang lain, ada juga yang menentang. Yaahh namanya juga hidup di dunia. Ada banyak manusia, ada banyak akal dan pikiran mereka ya wajar saja. Aku toh juga gak mungkin bisa menjadi apa yang mereka mau kan ya. Yang mungkin bisa dilakukan ialah ...

Kisah Rudi dan Hakikat Hidup Ini

Gambar
Rudi adalah seekor kuda yang tinggal di istal bersama teman-temannya. Mereka membantu anak-anak yang mau belajar naik kuda. Hanya saja, Rudi jarang diminati oleh anak-anak. Hal itu membuatnya sedih. Rudi merasa dirinya tidak sekeren teman-temannya karena tidak memiliki surai yang indah. Meski sudah disampo, disikat keras-keras, tetapi surainya tetap lepek. Hingga suatu hari, ada seorang anak perempuan yang mendekatinya. Anak itu memilih dirinya. Anak itu menyukai Rudi, karena matanya. Kuda itu memiliki mata yang ramah. Akhirnya mereka bermain bersama dengan riang gembira. Semenjak itu, Rudi tak sedih lagi. Meski tak memiliki surai yang indah, tetapi dia bahagia dan merasa bangga dengan karena matanya yang ramah. **** Terkadang, kita seperti Rudi. Kita? Eh aku kali, kalian enggak. Hihi. Ya, terkadang kita terlalu fokus dengan apa yang menjadi ke"ngetren"an orang-orang pada umumnya. Tanpa peduli apa sih hakikat hidup ini. Sampai akhirnya tidak sadar bahwa kita seben...