Rudi adalah seekor kuda yang tinggal di istal bersama teman-temannya. Mereka membantu anak-anak yang mau belajar naik kuda. Hanya saja, Rudi jarang diminati oleh anak-anak. Hal itu membuatnya sedih. Rudi merasa dirinya tidak sekeren teman-temannya karena tidak memiliki surai yang indah.
Meski sudah disampo, disikat keras-keras, tetapi surainya tetap lepek.
Hingga suatu hari, ada seorang anak perempuan yang mendekatinya. Anak itu memilih dirinya. Anak itu menyukai Rudi, karena matanya. Kuda itu memiliki mata yang ramah. Akhirnya mereka bermain bersama dengan riang gembira.
Semenjak itu, Rudi tak sedih lagi. Meski tak memiliki surai yang indah, tetapi dia bahagia dan merasa bangga dengan karena matanya yang ramah.
****
Terkadang, kita seperti Rudi.
Kita? Eh aku kali, kalian enggak. Hihi.
Ya, terkadang kita terlalu fokus dengan apa yang menjadi ke"ngetren"an orang-orang pada umumnya. Tanpa peduli apa sih hakikat hidup ini.
Sampai akhirnya tidak sadar bahwa kita sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa yang orang lain tak punya.
Manusia sering mengeluh, tentang apa yang menjadi kekurangannya. Sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain, sampai akhirnya dia sendiri yang terpuruk. Padahal kalau mau menengok sedikit, kita tuh punya potensi yang luar biasa.
Perbanyak bersyukur kurangi insecure. Biarin ah orang lain punya ini itu. Toh ini itu-nya mereka belum tentu baik untuk kita.
Kalau orang jawa bilang "manungso kui mung sedermo nglampahi".
Iya nrimo gt. Kita menerima segala apapun yang Allah berikan, menjalani kehidupan yang Allah tentukan, menerima segala sesuatu apapun itu dengan ikhlas, tabah, dan sabar. Iya kan? Wuiihhh enak bener ngomongnya. Iya emang enak, emang mau yang enek??? Hahaha.
Bukankah cara termudah adalah memang menerimanya? Dengan begitu bahagia akan tercipta.
Lantas?? Kalau cuma "nrimo" gt sama dengan pasrah?? Gak punya usaha?? Gak punya impian??
Oh oh...ya enggak gitu juga. Punya mimpi itu perlu. Punya target itu penting. Bahkan hidup menjadi lebih berarti saat kita bisa meraih mimpi-mimpi itu. Tapi kembali lagi ke awal, bahwa mimpi-mimpi itu harus selaras dengan hakikat hidup kita. Yaitu menuju akhirat.
*Tulisan receh seorang wanita sederhana yang mencoba untuk terus belajar menggerakkan pena.
Komentar
Posting Komentar