Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

The Power of Qadarullah: Belajar Tenang Saat Takdir Tidak Sejalan Harapan

Gambar
  Aku pernah merasa jengkel, kecewa, bahkan ingin marah ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginanku. Rasanya seperti semua usaha dan harapan dipatahkan dalam sekejap. Saat itu, aku merasa punya cukup alasan untuk mengeluh. Tapi di tengah kemarahan yang hampir meluap, ada seseorang yang berkata  "Qadarullah." Tak lebih. Hanya satu kata itu. Tapi hatiku seperti dicegah untuk meledak. Langsung nyesss. Seperti ada kekuatan yang tidak terlihat dari kata itu. Menenangkan. Menahan. Bahkan menyadarkanku. Sejak saat itu, aku mulai memahami: Qadarullah bukan sekadar ucapan. Ia adalah bentuk kepasrahan yang paling elegan kepada Allah. Ia adalah jembatan antara usaha dan ridha. Ia adalah pengakuan bahwa kita ini hamba—yang tak tahu rencana utuh dari Sang Pengatur. Belajar Menerima Takdir Kalimat Qadarullah, wa maa syaa-a fa‘al berarti, "Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi." Kalimat ini bukan untuk orang yang lemah, justru untuk me...

Tumbuhan yang Mengerikan

Gambar
Ngomong-ngomong soal literasi membaca, aku masih ingat judul buku yang pertama kali aku baca saat aku mulai mengenal perpustakaan.  Yaps, seperti pada gambar di atas. Gambar kuambil dari internet dan beberapa kudapati buku ini ternyata masih menjadi koleksi perpustakaan-perpustakaan sekolah. Dulu di SD kami ada sebuah perpustakaan kecil yang jadi satu dengan ruang sholat, dan ruang koperasi. Hemmm tahu gimana sempitnya? Memang sih waktu dulu belum segencar saat ini soal pembangunan perpustakaan. Tapi kami sudah sangat senang jika bu guru mulai membuka ruangan itu dan kita diperbolehkan untuk melihat-lihat dan meminjam buku. Koleksinya tidak banyak. Bukan buku-buku terbitan baru juga. Meski demikian anak-anak cukup antusias dan cukup kewalahan bagi para murid untuk menelusuri jejeran-jejeran buku yang terpajang di rak itu. Kalau tidak salah ada ada sekitar 3 rak buku dengan panjang kurang lebih 2 meter. Dua rak buku itu diletakkan berdampingan sehingga menjadi sekat antara perpus da...

Semburat Mimpi dalam Hamparan Kenyataan

Gambar
  Aku berjalan terburu-buru menyusuri gang kecil yang menghubungkan jalan besar. Hari ini adalah hari pertamaku kerja di KIN Mart, sebuah swalayan terkenal di kota Surabaya. Jam tanganku menunjukkan pukul 06.58. Itu artinya waktuku tinggal dua menit. Sementara jalan yang kutempuh masih sekitar 500 meter lagi. Rasanya seperti ingin berlari, tapi  highheel yang kukenakan seakan menghambatku. Gawat. Benar-benar sudah terlambat. Toko sudah dibuka, dan aku tidak mungkin lewat pintu lobi depan. “Mbak,  trainee  ya? Kok baru datang?” ucap satpam yang tengah berjaga. “Iya, Pak. Maaf saya tadi ada urusan mendadak.” Bibirku asal nyeplos , padahal sebenarnya aku bangun kesiangan. “Wah, Mbak sudah tidak boleh masuk. Kalau dipaksakan masuk nanti bisa tertangkap CCTV dan atasan nanti tahu kalau Mbak terlambat. Bisa kena SP, lho!” Penuturan satpam paruh baya itu membuatku gusar. Mengapa aku bisa se- bego  ini sih . Seharusnya tadi malem aku nggak usah maraton nonton...