The Power of Qadarullah: Belajar Tenang Saat Takdir Tidak Sejalan Harapan
Aku pernah merasa jengkel, kecewa, bahkan ingin marah ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginanku. Rasanya seperti semua usaha dan harapan dipatahkan dalam sekejap. Saat itu, aku merasa punya cukup alasan untuk mengeluh. Tapi di tengah kemarahan yang hampir meluap, ada seseorang yang berkata "Qadarullah."
Tak lebih. Hanya satu kata itu. Tapi hatiku seperti dicegah untuk meledak. Langsung nyesss. Seperti ada kekuatan yang tidak terlihat dari kata itu. Menenangkan. Menahan. Bahkan menyadarkanku.
Sejak saat itu, aku mulai memahami: Qadarullah bukan sekadar ucapan. Ia adalah bentuk kepasrahan yang paling elegan kepada Allah. Ia adalah jembatan antara usaha dan ridha. Ia adalah pengakuan bahwa kita ini hamba—yang tak tahu rencana utuh dari Sang Pengatur.
Belajar Menerima Takdir
Kalimat Qadarullah, wa maa syaa-a fa‘al berarti, "Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi."
Kalimat ini bukan untuk orang yang lemah, justru untuk mereka yang sudah berjuang tapi tetap berlapang dada. Mereka yang hatinya cukup luas untuk menerima, meski tak memahami sepenuhnya.
Aku mulai membiasakan diri mengucapkannya. Saat kehilangan barang, saat rencana gagal, bahkan saat dikhianati orang. Aku tak ingin pura-pura kuat, tapi aku ingin benar-benar kuat dengan bersandar kepada Allah.
Qadarullah itu Menguatkan, Bukan Melemahkan
Di balik ketenangan yang muncul setelah mengucapkan qadarullah, ada keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi bukan secara kebetulan. Bukan karena manusia lain. Bukan semata akibat kesalahan sendiri. Tapi karena Allah telah mengaturnya begitu rupa—dengan hikmah yang mungkin belum kita lihat.
Ada waktu di mana kita akan bersyukur atas sesuatu yang dulu membuat kita menangis. Di situlah, kita menyadari: qadarullah tidak pernah salah. Yang sering keliru hanyalah penilaian kita yang terburu-buru.
Ridha itu Melegakan
Kini, setiap kali sesuatu tak sesuai harapan, aku mencoba menahan diri. Menarik napas. Dan mengucap pelan, "Qadarullah."
Bukan untuk membohongi diri, tapi untuk menyadarkan hati: Allah tahu yang terbaik. Kita hanya perlu belajar tenang dan yakin, bahwa tidak ada satu pun takdir yang datang tanpa tujuan.
Komentar
Posting Komentar