The Power of Qadarullah: Belajar Tenang Saat Takdir Tidak Sejalan Harapan

Gambar
  Aku pernah merasa jengkel, kecewa, bahkan ingin marah ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginanku. Rasanya seperti semua usaha dan harapan dipatahkan dalam sekejap. Saat itu, aku merasa punya cukup alasan untuk mengeluh. Tapi di tengah kemarahan yang hampir meluap, ada seseorang yang berkata  "Qadarullah." Tak lebih. Hanya satu kata itu. Tapi hatiku seperti dicegah untuk meledak. Langsung nyesss. Seperti ada kekuatan yang tidak terlihat dari kata itu. Menenangkan. Menahan. Bahkan menyadarkanku. Sejak saat itu, aku mulai memahami: Qadarullah bukan sekadar ucapan. Ia adalah bentuk kepasrahan yang paling elegan kepada Allah. Ia adalah jembatan antara usaha dan ridha. Ia adalah pengakuan bahwa kita ini hamba—yang tak tahu rencana utuh dari Sang Pengatur. Belajar Menerima Takdir Kalimat Qadarullah, wa maa syaa-a fa‘al berarti, "Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi." Kalimat ini bukan untuk orang yang lemah, justru untuk me...

Tumbuhan yang Mengerikan




Ngomong-ngomong soal literasi membaca, aku masih ingat judul buku yang pertama kali aku baca saat aku mulai mengenal perpustakaan. Yaps, seperti pada gambar di atas. Gambar kuambil dari internet dan beberapa kudapati buku ini ternyata masih menjadi koleksi perpustakaan-perpustakaan sekolah.

Dulu di SD kami ada sebuah perpustakaan kecil yang jadi satu dengan ruang sholat, dan ruang koperasi. Hemmm tahu gimana sempitnya?

Memang sih waktu dulu belum segencar saat ini soal pembangunan perpustakaan. Tapi kami sudah sangat senang jika bu guru mulai membuka ruangan itu dan kita diperbolehkan untuk melihat-lihat dan meminjam buku.

Koleksinya tidak banyak. Bukan buku-buku terbitan baru juga. Meski demikian anak-anak cukup antusias dan cukup kewalahan bagi para murid untuk menelusuri jejeran-jejeran buku yang terpajang di rak itu. Kalau tidak salah ada ada sekitar 3 rak buku dengan panjang kurang lebih 2 meter. Dua rak buku itu diletakkan berdampingan sehingga menjadi sekat antara perpus dan ruang sholat. 

Cara peminjaman bukunya pun masih manual. Bu guru membuat kartu anggota hanya dari kertas BC yang dipotong menjadi bentuk ukuran kartu, lalu nama dan nomor keanggotaannya ditulis tangan. Sungguh benar-benar konvensional. Upss tapi jangan tanya ya itu tahun berapa? Ehmm ya sebelum tahun 2000 an. Sudah cukup lama ya😁🤭

Sampul buku berjudul "Tumbuhan yang Mengerikan" ini berhasil menarik perhatianku yang masih lugu. Aku penasaran apakah iya ada tumbuhan yang bisa tumbuh di kepala manusia?

Aku ingat sebelumnya juga pernah mendapat cerita kalau kita makan buah-buahan dan bijinya termakan maka biji itu akan tumbuh dalam tubuh kita. Nah, apakah cerita ini mengisahkan anak yang makan biji buah lalu tumbuhlah tanaman itu?
Ternyata...

Buku ini menceritakan tentang masalah kenakalan anak-anak seperti suka mencuri, berdusta, dan lain sebagainya yang dirasa sulit untuk diatasi. Dalam buku ini pengarang melukiskan bagaimana seorang anak melakukan kesalahan dan dihukum melalui mimpi-mimpi hingga akhirnya dia merasa jera untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela.

Nah, itulah sedikit nostalgia literasiku jama dulu. Terimakasih sudah mampir dan mau membaca. Sampai jumpa di kisah-kisah lainnya.

Bye😍

 

Komentar

Popular Posts

Tak Mewah Tak Berarti Susah

Ghibah: Antara Obrolan Sehari-hari dan Kebiasaan yang Dinormalisasi

Ketika Tren Ramadan dan Lebaran Menjadi Bumerang