Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2024

Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Tak Apa Jika Pencapaian Kita Berbeda

Gambar
Moment lebaran, saat yang tepat untuk saling bersilaturahmi. Bisa bertemu dengan sanak keluarga tentu mengundang bahagia. Namun, sayang, ada beberapa orang yang menghindari moment tersebut. Ketika kebanyakan orang gembira menyambut kemenangan, tetap ada saja yang tidak seantusias itu menghadapi lebaran, malah cenderung sedih. Salah satu sebabnya ialah tentang satu kata yang bisa menjadi momok yang terkadang terselip dalam sebuah obrolan keluarga, yaitu pertanyaan yang diawali dengan "Kapan?" "Kapan lulus?" "Kapan kerja?" "Kapan nikah?" "Kapan punya anak?" "Kapan belum ada adiknya lagi?" (ehmmm kalau pertanyaan yang ini sering kudapati xixixixi)   dan masih ada kapan-kapan lainnya yang tak semua orang bisa menjawab ketika pertanyaan itu terlontar. Lantas apakah itu menjadi alasan untuk tidak bersilaturahmi? Sementara menjaga silaturahmi adalah hal mulia yang dianjurkan oleh agama.  Tak bisa dipungkiri, saat berkumpu...

Tak Apa Jika Kamu Bukan Circle-nya

Gambar
Awal Ramadan kemarin, ada berita yang viral di sosmed, yaitu fenomena tarawih yang jamaah perempuannya kompak memakai mukena motif macan. Udah tau kan? Namun, ada satu jamaah yang berbeda, dia memakai warna hijau. Lalu, salah satu netizen ada yang berkomentar bahwa jamaah mukena hijau ini pasti nggak baca WA dan masih banyak komentar lainnya yang bikin ngekek dan juga gemes. hahaha. Mungkin saja benar, si mukena hijau tidak membaca pengumuman dari komandan squad mukena macan, atau memang dia adalah sosok yang netral yang tidak masuk dalam lingkaran (cricle) pertemanan mukena macan tersebut, toh, di masjid memang semua umat muslim bebas beribadah di sana tanpa aturan atribut, dresscode atau seragam tertentu. Intinya di masjid ya tempat beribadah umat Islam, untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Ilahi, terlebih lagi ini bulan suci. Ada sebuah kasus lagi, yang terjadi akhir-akhir ini yang membuat aku geli. Tentang keresahan seseorang (sebut saja A) pasca terlibat cekcok maya dengan te...