Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2024

The Power of Qadarullah: Belajar Tenang Saat Takdir Tidak Sejalan Harapan

Gambar
  Aku pernah merasa jengkel, kecewa, bahkan ingin marah ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginanku. Rasanya seperti semua usaha dan harapan dipatahkan dalam sekejap. Saat itu, aku merasa punya cukup alasan untuk mengeluh. Tapi di tengah kemarahan yang hampir meluap, ada seseorang yang berkata  "Qadarullah." Tak lebih. Hanya satu kata itu. Tapi hatiku seperti dicegah untuk meledak. Langsung nyesss. Seperti ada kekuatan yang tidak terlihat dari kata itu. Menenangkan. Menahan. Bahkan menyadarkanku. Sejak saat itu, aku mulai memahami: Qadarullah bukan sekadar ucapan. Ia adalah bentuk kepasrahan yang paling elegan kepada Allah. Ia adalah jembatan antara usaha dan ridha. Ia adalah pengakuan bahwa kita ini hamba—yang tak tahu rencana utuh dari Sang Pengatur. Belajar Menerima Takdir Kalimat Qadarullah, wa maa syaa-a fa‘al berarti, "Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi." Kalimat ini bukan untuk orang yang lemah, justru untuk me...

Tak Apa Jika Pencapaian Kita Berbeda

Gambar
Moment lebaran, saat yang tepat untuk saling bersilaturahmi. Bisa bertemu dengan sanak keluarga tentu mengundang bahagia. Namun, sayang, ada beberapa orang yang menghindari moment tersebut. Ketika kebanyakan orang gembira menyambut kemenangan, tetap ada saja yang tidak seantusias itu menghadapi lebaran, malah cenderung sedih. Salah satu sebabnya ialah tentang satu kata yang bisa menjadi momok yang terkadang terselip dalam sebuah obrolan keluarga, yaitu pertanyaan yang diawali dengan "Kapan?" "Kapan lulus?" "Kapan kerja?" "Kapan nikah?" "Kapan punya anak?" "Kapan belum ada adiknya lagi?" (ehmmm kalau pertanyaan yang ini sering kudapati xixixixi)   dan masih ada kapan-kapan lainnya yang tak semua orang bisa menjawab ketika pertanyaan itu terlontar. Lantas apakah itu menjadi alasan untuk tidak bersilaturahmi? Sementara menjaga silaturahmi adalah hal mulia yang dianjurkan oleh agama.  Tak bisa dipungkiri, saat berkumpu...

Tak Apa Jika Kamu Bukan Circle-nya

Gambar
Awal Ramadan kemarin, ada berita yang viral di sosmed, yaitu fenomena tarawih yang jamaah perempuannya kompak memakai mukena motif macan. Udah tau kan? Namun, ada satu jamaah yang berbeda, dia memakai warna hijau. Lalu, salah satu netizen ada yang berkomentar bahwa jamaah mukena hijau ini pasti nggak baca WA dan masih banyak komentar lainnya yang bikin ngekek dan juga gemes. hahaha. Mungkin saja benar, si mukena hijau tidak membaca pengumuman dari komandan squad mukena macan, atau memang dia adalah sosok yang netral yang tidak masuk dalam lingkaran (cricle) pertemanan mukena macan tersebut, toh, di masjid memang semua umat muslim bebas beribadah di sana tanpa aturan atribut, dresscode atau seragam tertentu. Intinya di masjid ya tempat beribadah umat Islam, untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Ilahi, terlebih lagi ini bulan suci. Ada sebuah kasus lagi, yang terjadi akhir-akhir ini yang membuat aku geli. Tentang keresahan seseorang (sebut saja A) pasca terlibat cekcok maya dengan te...