Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Benarkah Manusia Bisa Berubah?

Benarkah manusia bisa berubah? Ide judul ini tercetus saat aku membaca buku "Berani Tidak Disukai" yg ditulis oleh Ichiro Kishimi & Funitake Koga. 
Buku ini merupakan buku self improvment yang cukup menduduki peringkat atas dan banyak peminatnya. Sudah pasti banyak yang membaca dan apabila apa yang aku tulis ini ada kekurangan mohon disempurnakan.

Dalam buku tersebut diutarakan bahwa ada dialog antara dua orang, si suhu dan si junior yang beradu pendapat ttg perubahan sikap manusia.

Benarkah manusia bisa berubah? Ya si suhu mengatakan bahwa benar. Contohnya saat kita sedang marah sama anak, lalu tiba-tiba bos kita telepon, kita bisa langsung ramah berbicara dengan si bos. Bener gak?? Atau ada yang pernah ngerasain juga?

Nah, kebetulan banget baru-baru ini aku juga lagi menyelesaikan baca buku ini. Ehmm oh iya buku ini dipinjam dari Perpustakaan Daerah Kota Jakarta yang terletak di Cikini, jadi orang-orang menyebutkan Perpus Cikini. Kebetulan ada temen yang minjem dan aku ikutan deh minjem bukunya. Karena ini cumi (cuma minjem) maka aku berusaha untuk bisa segera menyelesaikannya. Ini salah satu keuntungan kalau kita minjem buku. Beda ya kalau buku punya sendiri, ah entar aja bacanya, toh juga gak bakal kemana-mana dan ujungnya gak jadi baca juga😁
Oke. Kembali ke masalah utama. Benarkah manusia berubah? Yups, bukan hanya dari buku yang pertama saja, tapi dari buku yang bersampul kuning juga.

Ada beberapa insight yang ingin aku utarakan. Bukan karena aku sok tahu, tapi aku hanya ingin mencatat untuk diriku sendiri, dan apabila ada orang lain yang membaca yang bisa mengambil manfaatnya, tentu senang rasanya.

Pentingnya komitmen dalam mengubah diri

Yang dimaksud proses berubah dalam hal ini adalah berubah menjadi lebih baik.  Tanpa komitmen semua rencana perubahan hanya akan menjadi sampul depan. Tanpa komitmen tidak ada yang akan sampai ke tujuan dan hanya akan terbawa arus dan tenggelam.

Perubahan memang tidak mengenakkan karena keluar dari zona nyaman. Karena terlalu nyaman di zona yang telah ditinggali, perubahan seakan menjadi momok yang harus dihindari. Jika saat proses berubah kita merasa tidak nyaman, maka sebenarnya perubahan itu sudah mulai bekerja. Ingat, syarat perubahan adalah meninggalkan zona nyaman.

Pengaruh Lingkungan
Sering risau dengan penilaian orang?Merasa bahwa justifikasi menurunkan harga diri?

Nilai diri kita tidak ditentukan oleh seberapa hebat yang kita kerjakan apalagi berdasarkan omongan. Mungkin benar pekerjaan yang mencapai keberhasilan akan mendatangkan kepuasan. Akan tetapi itu bukan kebahagiaan. Harga diri hanya bertolok ukur seberapa sukses kita, seberapa menawan kita, seberapa kita disukai, itu adalah harga diri yang semu.

Terakhir ada quotes yang mungkin udah fenomenal sebelumnya, tapi bagiku ini memang perlu aku sematkan lagi di sini 

Watch your thought; they become words
Watch yout word; the become actions
Watch your actions; they become habbits
Watch your habits; they become character
Watch your character; it become your destiny

~Lao-Tze~



Komentar

Popular Posts

Pandai Mengukur, Lupa Bersyukur

Tak Apa Jika Pencapaian Kita Berbeda

Tak Mewah Tak Berarti Susah