Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Seimbangkan Mental di Dunia Digital Melalui Detoks Media Sosial

 


Mau gak mau, sadar gak sadar, kehadiran media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi, berbagi informasi, dan menghabiskan waktu secara dramatis. Adanya media sosial yang begitu mudah kita akses menjadikan arus informasi, pengetahuan, perkembangan berita terkini, ajang komunikasi mudah kita dapatkan. Meskipun media sosial memiliki banyak manfaat, akan tetapi penggunaan berlebihan dapat berdampak negatif pada keberlangsungan hidup kita. Untuk itulah, semakin banyak orang merasa perlu untuk menjalani "detoks sosial" atau istirahat dari media sosial untuk menemukan keseimbangan yang hilang dalam kehidupan digital mereka.

Apa Pentingnya Detoks Media Sosial?

Detoks media sosial artinya membatasi atau menghentikan penggunaan media sosial untuk jangka waktu tertentu. Ini bertujuan untuk memberi diri kita waktu untuk merenung, menghilangkan gangguan digital, dan memulihkan keseimbangan dalam hidup kita. Mengapa ini penting? Berikut beberapa alasannya.

Kesejahteraan Mental

Media sosial dapat menjadi sumber stres dan kecemasan. Berita negatif, perbandingan sosial, dan tekanan untuk tampil sempurna dapat mempengaruhi kesejahteraan mental. Detoks ini dapat membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional.

Waktu yang Lebih Produktif

Ngerasa gak kalau waktu begitu cepat berlalu ketika kita lagi scrol-scrol story/reel/video di media sosial? Bahkan ruginya lagi, kita seperti tidak dapat apa-apa alias tanpa hasil yang nyata. Dengan menghentikan atau membatasi penggunaan media sosial, kita dapat mengalokasikan waktu tersebut untuk kegiatan yang lebih produktif, seperti mengejar hobi, membaca, atau belajar.

Hubungan yang Lebih Kuat

Terkadang kita terlalu terpaku pada ponsel sehingga kita mengabaikan interaksi sosial di dunia nyata. Detoks sosial dapat membantu kita menjadi lebih hadir dalam hubungan pribadi kita dengan teman dan keluarga.

Tidur yang Lebih Berkualitas

Paparan cahaya biru dari layar ponsel sebelum tidur dapat mengganggu tidur. Dengan menghentikan penggunaan media sosial sebelum tidur, kita dapat tidur lebih nyenyak dan merasa lebih segar di pagi hari.

Kalau udah tahu alasan-alasannya, tentu kita harus bisa mempraktikkannya. Yuk cari tahu bagaimana cara melakukan detoks media sosial.

1. Tentukan Tujuan dan Jangka Waktu

Mulailah dengan menentukan tujuan untuk detoks sosial. Apakah ingin membatasi penggunaan media sosial selama sehari, seminggu, atau lebih lama? Tujuan yang jelas akan membantu tetap fokus.

2. Nonaktifkan Pemberitahuan

Matikan pemberitahuan media sosial di ponsel. Ini akan membantu menghindari godaan untuk memeriksa ponsel setiap kali ada pemberitahuan baru.

3. Hapus atau Sembunyikan Aplikasi

Jika merasa bahwa aplikasi media sosial terlalu menggoda, pertimbangkan untuk menghapusnya sementara atau menyembunyikannya dari layar ponsel.

4. Jadwalkan Waktu Bermedia Sosial

Alihkan waktu yang biasanya habiskan untuk bermedia sosial dengan kegiatan lain seperti beribadah, solat sunnah, murojaah, membaca, menulis, berolahraga, atau menjalani hobi yang sudah lama tinggalkan. 

5. Temukan Dukungan

Semakin banyak pendukung semakin konsiten kita menjalani perubahan ini. Bagi banyak orang, menjalani detoks sosial lebih mudah jika mereka memiliki dukungan dari teman atau keluarga. Ajak mereka untuk bergabung dalam perjalanan detoks kita.

6. Ciptakan Pengganti Positif 

Selama detoks media sosial, ciptakan pengganti positif untuk penggunaan media sosial. Misalnya, bisa mulai membaca buku yang sudah lama ingin dibaca atau mengejar proyek kreatif lainnya.

7. Refleksi dan Evaluasi

Selama dan setelah detoks sosial, luangkan waktu untuk merenung dan mengevaluasi pengalaman kita. Apa yang telah dipelajari? Apakah kita merasa lebih baik?

8.Mengembalikan Keseimbangan

Detoks media sosial bukan berarti kita harus menghapus media sosial selamanya. Sebaliknya, ini adalah cara untuk mengembalikan keseimbangan dalam penggunaan media sosial. Setelah selesai dengan detoks ini kita dapat kembali dengan perspektif yang lebih sehat. Kita mungkin menemukan bahwa lebih sadar akan seberapa seringmenggunakan media sosial dan bagaimana hal itu memengaruhi hidup kita

Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, menjalani detoks media sosial sesekali adalah langkah penting untuk menjaga kewarasan kita. Ini adalah kesempatan untuk menemukan keseimbangan antara kehidupan online dan kehidupan nyata, serta mengembalikan kendali atas waktu dan perhatian kita. Detoks sosial dapat membantu kita hidup dengan lebih sadar dan memanfaatkan manfaat media sosial tanpa terperangkap dalam dampak negatifnyaf.

Semoga kita bisa menjadi lebih baik. 

Komentar

Popular Posts

Pandai Mengukur, Lupa Bersyukur

Tak Apa Jika Pencapaian Kita Berbeda

Tak Mewah Tak Berarti Susah