Postingan

Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Pandai Mengukur, Lupa Bersyukur

Gambar
“ Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ” (QS An-Nisa [3]: 32) Jalan masing-masing manusia itu berbeda-beda. Wajar bukan jika kenikmatan yang didapatkan pun berbeda? Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ “ Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu .” (HR. Muslim, no. 2963) Dal...

Apakah Membuat Tulisan itu Merupakan Beban?

Gambar
Apakah menulis dianggap sebagai beban? Sebenarnya itu tergantung dari pendapat masing-masing individu. Beberapa orang mungkin menganggap menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan, memuaskan, atau bahkan sebagai cara untuk mengungkapkan ekspresi diri. Namun, bagi orang lain, menulis bisa menjadi tugas yang membebani, apabila mereka tidak merasa percaya diri dalam kemampuan menulis mereka atau jika topiknya sulit dan belum dikuasai. Jika masih merasa menulis itu beban, mungkin kita lihat dulu apa hakikat dan manfaat dari menulis itu sendiri. Menulis adalah salah satu bagian terpenting dari keterampilan berbahasa. Untuk bisa menulis dengan baik orang harus memiliki kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Tanpa ketiga kemampuan itu, maka menulis akan menjadi beban. Karena menulis membutuhkan bahan bacaan, bahan omongan, dan bahan wawasan lainnya. Menulis sebenarnya mudah. Semua orang bisa melakukannya. Semua orang bisa menulis dari yang didengar atau dilihat dari pengalama...

Tumbuhan yang Mengerikan

Gambar
Ngomong-ngomong soal literasi membaca, aku masih ingat judul buku yang pertama kali aku baca saat aku mulai mengenal perpustakaan.  Yaps, seperti pada gambar di atas. Gambar kuambil dari internet dan beberapa kudapati buku ini ternyata masih menjadi koleksi perpustakaan-perpustakaan sekolah. Dulu di SD kami ada sebuah perpustakaan kecil yang jadi satu dengan ruang sholat, dan ruang koperasi. Hemmm tahu gimana sempitnya? Memang sih waktu dulu belum segencar saat ini soal pembangunan perpustakaan. Tapi kami sudah sangat senang jika bu guru mulai membuka ruangan itu dan kita diperbolehkan untuk melihat-lihat dan meminjam buku. Koleksinya tidak banyak. Bukan buku-buku terbitan baru juga. Meski demikian anak-anak cukup antusias dan cukup kewalahan bagi para murid untuk menelusuri jejeran-jejeran buku yang terpajang di rak itu. Kalau tidak salah ada ada sekitar 3 rak buku dengan panjang kurang lebih 2 meter. Dua rak buku itu diletakkan berdampingan sehingga menjadi sekat antara perpus da...

Semburat Mimpi dalam Hamparan Kenyataan

Gambar
  Aku berjalan terburu-buru menyusuri gang kecil yang menghubungkan jalan besar. Hari ini adalah hari pertamaku kerja di KIN Mart, sebuah swalayan terkenal di kota Surabaya. Jam tanganku menunjukkan pukul 06.58. Itu artinya waktuku tinggal dua menit. Sementara jalan yang kutempuh masih sekitar 500 meter lagi. Rasanya seperti ingin berlari, tapi  highheel yang kukenakan seakan menghambatku. Gawat. Benar-benar sudah terlambat. Toko sudah dibuka, dan aku tidak mungkin lewat pintu lobi depan. “Mbak,  trainee  ya? Kok baru datang?” ucap satpam yang tengah berjaga. “Iya, Pak. Maaf saya tadi ada urusan mendadak.” Bibirku asal nyeplos , padahal sebenarnya aku bangun kesiangan. “Wah, Mbak sudah tidak boleh masuk. Kalau dipaksakan masuk nanti bisa tertangkap CCTV dan atasan nanti tahu kalau Mbak terlambat. Bisa kena SP, lho!” Penuturan satpam paruh baya itu membuatku gusar. Mengapa aku bisa se- bego  ini sih . Seharusnya tadi malem aku nggak usah maraton nonton...