Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Bermain Pesan

Hai teman-teman. Terimakasih sudah berkunjung ke blog ku ini. Seneng sekali masih diberi kesempatan bisa nulis lagi. Yaaa... Masih ikhtiar untuk tetel istiqomah nih. Hihi.

Eh iya, masih inget gak, dulu pas sekolah kalian pasti suka bermain pesan gitu sama teman sebangku atau teman seberang meja. Iya gak? Itu lho, yang surat-suratan gitu, trus main lempar kertas kalau jaraknya jauh. Kalau deket yang cuma modal buku tulis bagian belakang yang dijadikan media dialog, lalu disodorkan ke teman biar dibaca lalu nunggu balasan. 

Metode ini biasanya dilakukan saat guru menyampaikan pelajaran secara monoton. Jadi bosen melanda, mau ngajak ngobrol nanti kena tegur. Maka inilah cara mengusir kebosanna itu. Iya gak sih?? Tapi itu ceritaku dulu sih. Entah kalau anak-anak jaman sekarang. Mungkin cara ini udah jadul mengingat sdh ada smartphone yang bisa diandalkan.

Oke, jadi kembali ke tema.
Berawal dari sebual hal yang kualami akhir-akhir ini. Selama mendampingi dia belajar di rumah, aku menangkap ada kebosanan dalam dirinya. Mau ngapain setelah ini? Mandi udah, makan udah, tugas sekolah dah dikerjain, nonton tv udah. Main sama temen-temen? Ehmm kadang-kadang. Sampai akhirnya suatu ketika, dia menemukan sebuah notes kecil yang bertengger di meja. Imajinasinya beraksi. Dia mengambil sebuah pena lalu memerankan layaknya seorang detektif yang menyelidiki sebuah kasus. Dia tuliskan kasus yang terjadi itu di notes tersebut. Emak kaget. Saat dia merangkai sebuah cerita lengkap dengan gambar monster yang katanya sedang merusak bumi. 

Jujur, surprise rasanya. Wow dia sudah menulis cerita. Lalu ide berlanjut. Aku mulai memancing dengan pesan-pesan yang kutulis di notes itu. Selanjutnya dia balas lagi tanpa kusuruh dia langsung menjawab dengan kreasinya. Ya meski ada beberap kata yang hurufnya kurang tapi seenggaknya dia sudah bisa merangkai huruf-huruf itu menjadi susunan kata lalu menjadi untaian kalimat. Bahkan kalimat panjang dengan dialek bahasa jawa juga dia tuliskan.

Hari-hari selanjutnya, kami terus bermain pesan, mulai dari hal-hal receh seperti ajakan ayo mandi. Lalu dia jawab dengan berbagai alasan yang akhirnya gak jadi-jadi mandi karena terlena membalas pesan-pesan itu. Kelihatan gak mana tulisan anak, mana yang emak? 😂
Tak sampai di situ. Dia juga mulai menulis pesan melalui WA. Kalau yang ini dia tambah seneng, itu artinya dia boleh pegang HP. Walau kadang yang nanti mlipir ke game atau youtube. Hadew. Tapi ya pinter-pinter kita sebagai ortu untuk mengawasi dan mengendalikannya sih.

Tapi setidaknya gadget bisa dimanfaatkan sebagai media belajar. Seperti tangkapan layar di bawah ini. Ada percakapandia menggunakan hp ibunya buat berkirim pesan dengan ayahnya. Dialognya juga cuma sederhana, mulai dari pertanyaan klise kayak, "ayah sedang apa?" Sampai ke pertanyaan berbau kognitif kayak penjumlahan, dan pertanyaan siapa presiden Indonesia. Hhaha..pokoknya...seru.  

Komentar

Popular Posts

Pandai Mengukur, Lupa Bersyukur

Tak Apa Jika Pencapaian Kita Berbeda

Tak Mewah Tak Berarti Susah