Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

After Nonton Film Horor


Hai, Teman-Teman! Terimakasih sudah datang kembali. 😀

Ehm... kali ini aku mau cerita soal perfilman, ciee, kayak sok idih banget, ye. Padahal bukan anak film. Nonton di bioskop juga kalau cuma pas kalau suami mood, hahaha soalnya beliau yang bayarin dan anterin. Nah, kali aku mau cerita soal film horor Indonesia.

Seumur-umur, aku nonton film horor itu baru 3 kali. Yang pertama, nonton "Hantu Tanah Kusir". Huaa ketauan lama banget itu. Tahun 2009 kayaknya.  Lalu yang kedua kemarin belum lama tuh, "KKN di Desa Penari", dan yang ketiga ini, "Pengabdi Setan 2"

Kenapa sih kok bisa nonton ini? 

Berawal dari ajakan teman yang pengen banget ngebet nonton film itu. Katanya bagus gitu. Waktu itu masih awal tayang, jadi memang kabarnya masih hot. Aku yang diajak sih oke-oke aja meski pada awalnya gak begitu tertarik karena, memang bukan pecinta film horor, selain itu aku juga belum pernah nonton yang sesion 1 jadi takut kalau ga mudeng. 

Tapi sayangnya keinginan nonton bareng itu tadi hanya wacana. Sampai beberapa pekan berlalu, nonton pun tak kunjung terjadi. Dan gak disangka juga pas weekend kemarin, suami tiba-tiba ngajakin nonton Pengabdi Setan! Kaget dong, dan gak nolak juga tentunya. hahha

Oke, lanjut cerita saat sampai di bioskop. Karena kita ngajak anak di bawah 13 tahun, kita tanya dulu dong ama mbak petugas tiketnya, aman gak untuk si dia. Ternyata tidak ada adegan fulgar ataupun kissing. Okelah. 

Meski sebelumnya si dia juga agak takut gitu saat ditawarin nonton itu. Tapi aku yakin dia mah bandel soal begituan. Dan, bener, pas film dimulai, dari awal sampai akhir yang durasinya hampir 3 jam itu bikin deg degan mulu. Nuansanya mencekam terus, dan aku paling gak tahan kalau pas ada adegan kematian yang berdarah-darah. Oh no, perutku jadi mual-mual. 

Oke itu hal pribadi yang aku rasain. Tapi ada hal lain terkait ama sinematiknya, oke, dan setting waktu yang terjadi pada tahun 1955 sampai 1984 itu bener-bener membuatku kagum, bener-bener setting tempatnya, para pemainnya itu pas banget. 

Namun, kalau ngomongin soal jalan cerita, jujurly ada yang sedikit membingungkan. Karena di awal itu bahas soal pemerintahan, petrus (penembak misterius) dan tapi kok endingnya mengabdi setan. Trus ada lagi tuh di akhir cerita anak sepasang pria dan wanita yang tiba-tiba muncul dengan ekspresi yang bahagia. 🤔🤔 

Oke semoga aku aja yang bingung. Lalu untuk menjawab kebingungan ini akhirnya selepas hari itu, aku nyempetin buat nonton sesion 1 nya. Walau banyak main skip-skip adegannya tetep aja bikin deg degan. Ternyata rilisnya udah 5 th yg lalu. Untung di youtube ada. Wah, lumayan akhirnya bisa sedikit lebih paham. 

Finally, sampai di sini dulu celotehku, terimakasih sudah mampir 🤗🤗

Komentar

Popular Posts

Pandai Mengukur, Lupa Bersyukur

Tak Apa Jika Pencapaian Kita Berbeda

Tak Mewah Tak Berarti Susah