The Power of Qadarullah: Belajar Tenang Saat Takdir Tidak Sejalan Harapan

Gambar
  Aku pernah merasa jengkel, kecewa, bahkan ingin marah ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginanku. Rasanya seperti semua usaha dan harapan dipatahkan dalam sekejap. Saat itu, aku merasa punya cukup alasan untuk mengeluh. Tapi di tengah kemarahan yang hampir meluap, ada seseorang yang berkata  "Qadarullah." Tak lebih. Hanya satu kata itu. Tapi hatiku seperti dicegah untuk meledak. Langsung nyesss. Seperti ada kekuatan yang tidak terlihat dari kata itu. Menenangkan. Menahan. Bahkan menyadarkanku. Sejak saat itu, aku mulai memahami: Qadarullah bukan sekadar ucapan. Ia adalah bentuk kepasrahan yang paling elegan kepada Allah. Ia adalah jembatan antara usaha dan ridha. Ia adalah pengakuan bahwa kita ini hamba—yang tak tahu rencana utuh dari Sang Pengatur. Belajar Menerima Takdir Kalimat Qadarullah, wa maa syaa-a fa‘al berarti, "Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi." Kalimat ini bukan untuk orang yang lemah, justru untuk me...

Pengalaman Ikut Bakti Sosial di Bulan Ramadan

 

Kemarin, Ramadan ke 20, dia ikut baksos di sekolah. Sebuah moment yang cukup berharga buatnya, karena kesempatan ini tidak dimiliki oleh semua anak, hanya perwakilan saja dan dia yang mewakili kelas 1. Oke dari sini ia boleh bangga, deh. Acara selesai pukul 5 sore, tapi Ayahnya bisanya menjemput ba'da maghrib, karena kebetulan beliau juga ada tugas baksos di sekolahnya. Wah kebetulan banget sih jadwal anak dan ayah bisa kompak gini, hihi.

Karena tak bisa jemput tepat waktu maka dia main di sekolah sembari menunggu buka puasa di sana. Tau ga sih, emak sampai nyecroli semua story nya Mr/Ms guru2, mungkin aja ada penampakan dirinya. Lama, tak ketemu. Sampai akhirnya entah karena takdir kali ya, ketemu video seorang Mr, dia sedang duduk dekat meja sembari memegang makanan yang tadi ibuk siapkan untuk buka di sana. Ya ampun, terimakasih ya anak sholeh bunda.

Komentar

Popular Posts

Tak Mewah Tak Berarti Susah

Ghibah: Antara Obrolan Sehari-hari dan Kebiasaan yang Dinormalisasi

Ketika Tren Ramadan dan Lebaran Menjadi Bumerang