The Power of Qadarullah: Belajar Tenang Saat Takdir Tidak Sejalan Harapan

Gambar
  Aku pernah merasa jengkel, kecewa, bahkan ingin marah ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginanku. Rasanya seperti semua usaha dan harapan dipatahkan dalam sekejap. Saat itu, aku merasa punya cukup alasan untuk mengeluh. Tapi di tengah kemarahan yang hampir meluap, ada seseorang yang berkata  "Qadarullah." Tak lebih. Hanya satu kata itu. Tapi hatiku seperti dicegah untuk meledak. Langsung nyesss. Seperti ada kekuatan yang tidak terlihat dari kata itu. Menenangkan. Menahan. Bahkan menyadarkanku. Sejak saat itu, aku mulai memahami: Qadarullah bukan sekadar ucapan. Ia adalah bentuk kepasrahan yang paling elegan kepada Allah. Ia adalah jembatan antara usaha dan ridha. Ia adalah pengakuan bahwa kita ini hamba—yang tak tahu rencana utuh dari Sang Pengatur. Belajar Menerima Takdir Kalimat Qadarullah, wa maa syaa-a fa‘al berarti, "Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi." Kalimat ini bukan untuk orang yang lemah, justru untuk me...

Bersyukur Tidak Tergiur

Seorang wanita bertubuh gemoy datang menghampiri kami. Memberikan secarik kertas bergambar kompor listrik. Dia langsung menawari kami untuk mampir ke standnya sembari menyerahkan lagi sekumpulan kupon member dan kami disuruh memilih. Sembari ngomong cas cis cus, si mbak tadi mempersilakan untuk membuka kupon yang telah kami pilih. Dan saat dibuka, waw, si embak terpana melihat sejumlah angka yang tertera. Takjub dan histerisnya melebihi ekspektasi. Sementara kami hanya senyum kalem dan biasa saja.
"Ibu hoki banget, tadi malam mimpi apa? Ini berkat suami ibu yang milihin. Ini langka banget lho buk, ibu beruntung banget." Dia lalu menyalami aku yang masih gaje. Jujur aku gak sebahagia si embak tadi. Ada firasat ga enak di endingnya nanti.
Masih dengan nuansa semringah si embak itu menunjukkan rekap nota-nota hasil penjualan kompor listrik yang katanya harganya 4juta sekian sekian, (jujur aku lupa berapa tepatnya, wkwkkw)

Jadi dengan voucher 1 juta rupiah yang tertera di kupon itu bisa kami pakai untuk membeli kompor tersebut, sehingga harganya bisa lebih ekonomis. Tak sampai di situ, ternyata di samping voucher tadi terselip kertas kecil. Pas dibuka, si embak lebih heboh lagi. Ekspresi melongo dia bak wanita lajang yang tiba-tiba dipinang lelaki tampan. Owhhh...dan aku masih biasa aja saat membaca tulisan "super vip".

"Gak percaya, sumpah, ini langka banget. Ibu tahu gak, dari seribu kupon itu kita hanya nyediain 3 bonus super vip, dan ini kita pakai pas di PRJ kemarin, dan sekarang ibu bisa dapetin ini, lho. Ya ampun bu, ibu hoki banget sumpah."

Lalu dia dan tim nya langsung nyiapin 3 barang seperti yang ada di foto ini
Katanya, kami akan dapat kompor listrik ditambah panci set, pisau set. Si embak pun langsung coret-coret di kertas menghitung total harga yang sebenarnya dan harga baru yang telah dipotong karena voucher special tadi.

Intinya, dari 4 juta sekian-sekian tadi, kami hanya disuruh bayar, 1 juta bla bla. Tapi lagi-lagi aku sendiri tak ada minat. Mon maap bukannya sok kaya, tapi panci, teplon dan sejenisnya, pisau set macam itu aku dah punya. Haha. 

Cerita sebenernya masih panjang, si embak masih ngasih iming-iming, kalau bayar pakai aplikasi ini itu, pada saat itu juga akan dapat lagi bonus panci presto (tidak kefoto). 

"Ibu bisa bayar berapa aja dulu, baru sisanya cash atau dibayar tempo, kita promonya sampai bulan desember kok, masa ibuk ga ada uang,"

Selalu setiap kami menjawab, si embak ngasih solusi yang intinya kami harus ambil promo ini.

Muter-muter terus dialognya, sampai akhirnya, harus kita akhiri.

"Saya ambil vouchernya aja mb, masih sampai bulan Desember kan, besok kalau saya butuh saya ke sini lagi aja."
"Ibu, ini kesempatan langka lho, dan ibu ga ambil itu rugi besar!"

Aku menangkap sebuah kekecewaan tapi biarlah. Itu memang resiko profesinya, sementara diriku, aku susah payah menahan godaan yang tengah berlangsung hampir 1 jam itu. Dan aku bersyukur, akhirnya tidak tergiur. 

Kalau ngomonging soal kesempatan yang gak akan datang dua kali, ya gapapa kulewatkan aja. Toh, saat ini barang-barang itu bukan prioritas bagi kami. Meski pernah denger sih kabar gas elpiji yang bakal naik dan langka, kompor listrik macam ini pasti akan sangat berarti. Tapi, ah biar ah, itu pikir nanti. 

So, sampai di sini celotehku hari ini, terimakasih sudah mau mampir🙏😘

Komentar

Posting Komentar

Popular Posts

Tak Mewah Tak Berarti Susah

Ghibah: Antara Obrolan Sehari-hari dan Kebiasaan yang Dinormalisasi

Ketika Tren Ramadan dan Lebaran Menjadi Bumerang