Postingan

Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Tak Mewah Tak Berarti Susah

Gambar
Punya sepeda bagus tentu menjadi impian bagi anak yang kesehariannya naik sepeda ke sekolah. Begitulah diriku. Ketika menginjak SMP, aku memutuskan untuk menempuh perjalanan 3 km dari rumah ke sekolah dengan bersepeda. Keputusan itu juga atas restu orang tua dengan pertimbangan efisiensi uang dan waktu. Hemat. “Mending ngepit wae Rin, nek numpak bus ra cucok, rung sido lungguh andang wis tekan,” ujar Emak. Zaman dulu belum ada gojek, dan orang tua tidak bisa mengantar jemput setiap hari. Memang benar aku naik bus itu cuma sebentar, padahal jauh dekat tarifnya sama. Namun sebagian teman-temanku banyak yang memilih untuk berangkat naik kendaraan umum itu. Dengan berbekal sepeda hitam bekas (bekasnya kakak) aku mengayuh sepeda itu melewati jalanan yang terjal dan tanjakan. Lelah? Iya tentu. Apalagi sepeda ini sudah tua, onderdilnya sudah pada aus. Buruknya lagi, sampai sekolah keringatan. Tapi nggak papa lah kata Emak itu sehat. Oke deh, aku nurut. Coba aja punya sepeda baru y...

Akhirnya Kumenemukannya! Cara Mudah Menghapus Background Foto

Gambar
Selama ini aku selalu bingung bagaimana agar bisa menghapus background lalu menggantinya dengan warna dan desain baru. Mungkin sudah banyak yang tahu bagaimana cara menghapus background foto? Tapi baru-baru ini aku mengetahuinya, ternyata ada cara superrrr mudah bvanget tentang menghapus backgroun foto. Emang untuk apa background mesti dihapus? Kalau aku pribadi perlu banget, sebagai pengisi konten instagram, aku butuh memodifikasi desaindesain feed yang cucok dengan mengaplikasikan objek yang sudah dihapus backgroundnya. Selain itu, foto yang sudah dihapus backgroundnya, bisa diaplikasikan utnuk stiker whatsApp. Wah seruu, deh. Sebelum tahu cara cepat ini, aku mendownload sebuah aplikasi background eraser di HP, tapi ternyata njlimet juga, Gaes. Kupikir ini lebih mudah dibanding pake corel. Karena, jujur, aku pun belum mahir pakai itu. Akhirnya aku pake aplikasi di HP, eh ternyata nggak bisa detail menghapus bagian-bagian yang tersembunyi apalagi yang spacenya sempit....

[CERPEN] Gara-Gara Bopo (Bagian 3)

Gambar
Cerita Sebelumnya Hari masih pagi, Sachi kembali ke kostnya berganti pakaian, dan pergi ke perpustakaan kampus untuk melengkapi referensi. Menapaki semester akhir ini memang hal yang tak bisa di anggap enteng. Dia masih menyimpan rasa dag dig dug kalau-kalau nanti Jojo bersikap ketus lagi. Pertemuan pertama dengannya tempo hari menyisakan trauma yang luar biasa. Belum pernah sebelumnya dia mendapat perlakuan ketus dari seorang lelaki. Kalau bukan karena demi lulus tepat waktu, rasanya mustahil mau bertemu. Jam tangan Sachi sudah menunjuk pukul 14.54. Masih ada sisa waktu kurang lebih 1 jam untuk bersiap menemui Jojo. Mengingat jarak kampus dan rumah makan milik Jojo cukup jauh, dia segera berkemas. Namun memorinya kembali terganggu, dia lupa belum menanyakan tempat ketemuannya. Mengingat bahwa dulu Jojo pernah berpesan bahwa dia tidak mau ditemui di restorannya, dengan alasan tidak mau terganggu pekerjaannya. Sachi segera mengambil ponselnya dan menelepon Raka. Lama tak ada...

[CERPEN] Gara-Gara Bopo (Bagian 2)

Gambar
Cerita Sebelumnya “Nak, kamu kenapa kok wajahnya kayak gak pernah disetrika?” “Akung, apaan sih. Emang baju?” “Iya, kusut.” Kakeknya terkekeh, sementara Sachi masih tetap dengan ekspresi semula. “Aku nggak jadi melakukan riset gara-gara terlambat ketemu bosnya si pemilik restoran, Kung.  Orangnya galak, judes kaya harimau yang siap menerkam mangsanya. ” “Maaf, pasti gara-gara jemput Akung ya, kamu jadi kehilangan kesempatan tugas pentingmu.” “Ya, nggak gitu, Kung. Bagiku Akung juga penting,” Sachi lalu memeluk kakeknya. Kakeknya yang selalu disebut akung itu tersenyum tulus dan membalas pelukan cucu semata wayangnya. Sudah hampir 3 tahun dia tidak mendapatkan pelukan seperti ini, terakhir mereka berpelukan saat melepaskan kepergiannya untuk melanjutkan kuliah di Yogya. “Apa yang bisa kakek perbuat untuk membantu tugas akhirmu ini, Nak?” Sachi hanya menggelengkan kepala dia juga bingung. “Kalau narasumber kamu susah diajak kerja sama ganti tempat peneliti...

[CERPEN] Gara-Gara Bopo (Bagian 1)

Gambar
Lelaki berkemeja hijau telur asin itu tampak tak bersemangat mengaduk secangkir kopi panas yang tersaji di depannya. Matanya menatap ke arah jendela. Seakan sedang menanti sesorang. Diliriknya jam tangan lalu diikuti helaan napasnya memberat. Seperti sudah tidak ada daya lagi menunggu sesuatu yang sudah tidak pasti. Diambilnya selembar uang dari dompet yang terselip di saku belakang celananya. Lalu dia berdiri. Bersiap meninggalakan secangkir kopi yang belum sedikitpun dia seruput. “Mas Jojo, ya?” Tiba-tiba gadis berjilbab dusty pink muncul dari belakangnya dengan napas yang masih terengah-engah. Lelaki yang disebut namanya itu hanya menatapnya tajam. “Oh, jadi kamu Sachi?” ucap Jojo masih dengan ekspresi datar. “Benar. Maaf, terlambat, sudah membuat Mas menunggu ya,” Gadis itu lalu mengambil kursi dan merogoh secarik kertas yang sebuah pulpen dari dalam tas jinjingnya. Lelaki itu masih menatap dengan tatapan khasnya. “Apa bisa kita mulai sekarang?” ucap Sachi pa...

Kebahagiaan Hakiki dari Indahnya Berbagi

Gambar
Kebiasaan suka berderma atau memberi ternyata memiliki efek yang baik bagi kesehatan, baik fisik maupun emosi. Memberi merupakan ekspresi dari kesenangan atau kebahagiaan. Ekspresi ini timbul sebab adanya cinta. Cinta inilah yang menginginkan kita memberi kesenangan dan kebahagiaan pada orang lain. Ajaibnya pancaran kebahagiaan ini terlihat dari seseorang yang kita beri.  Yaps, inilah kebahagiaan. Kita merasakan puas bahkan bahagia luar biasa ketika seseorang juga merasakan kebahagiaan atas pemberian kita. Mungkin itulah alasannya, mengapa banyak orang melakukan hal yang sama. Sudah sepantasnya antar sesama, prinsip berbagi ini menjadi tradisi. Seolah-olah ini adalah bagian dari utuhnya kehidupan.  Tidak perlu menunggu menjadi kaya raya untuk bisa berbagi kepada sesama. Tidak juga harus bersikap heroik untuk membahagiakan orang lain. Mulai saja dari yang sederhana, yaitu peduli pada orang-orang di sekitar kita, seperti keluarga, pasangan, sahabat, tema...

[CERPEN] Mon, Ayo Move On. (Bagian 4)

Gambar
Cerita sebelumnya  Bagian 3 "Ternyata, kamu masih sama, Mon." Tatapannya tajam. Sungguh membiusku. "Kupikir kamu sudah berubah," lanjutnya. Bibirku jadi kelu. Tak bisa berucap lagi. Saat ini dia benar-benar sukses membuatku seperti manusia bodoh yang sedang kebingungan mencari contekan saat ujian. Aku tidak berubah bagaimana? Batinku.  "Setelah kita berpisah, aku berharap ada seseorang lagi yang hadir untuk menggantikanmu, Mon." Rangkaian ucapannya menghipnotisku. Aku seperti sedang tidak berhadapan dengan Johan yang biasanya. Dia nampak serius. Bahkan, dia tidak memakai kata "elu, gue" kayak sebelumnya. "Dan, akhirnya, udah ada kan sekarang?" pungkasku. Entah, aku bisa kuat nggak menerima jawaban sekaligus kenyataan, bahwa lelaki di depanku ini sebentar lagi akan benar-benar berpisah denganku. Dimiliki oleh orang lain. Batinku bergejolak.  Sejurus kemudian, Johan mengeluarkan secarik kertas tebal bewarna-warni dari saku baj...