Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Apalah Aku





Aku Ririn. Begitulah orang-orang terdekat memanggilku. Meskipun nama itu tidak sesuai dengan akta kelahiran dan di identitas KTP, tapi nama itu sudah melekat erat pada diriku sejak aku lahir, pada puluhan tahun silam.

Tentang nama ini tentu membuat bingung orang-orang yang baru mengenalku. Ya, karena apalah aku? Artis bukan, kaya enggak, pinter juga enggak, cantik? emang iya? Ah, enggak juga. Tapi... Oke, aku jelaskan ya.

Secara official, namaku adalah Siti Kadarini. Orang tuaku memberi nama itu bukan tanpa alasan. Siti itu adalah nama emakku, dan Kada itu diambil dari nama ayahku Kadir. Sedangkan Rini, dalam bahasa jawa berarti anak perempuan. So, sudah jelas bukan, arti di balik nama asliku itu. Anak perempuan dari bapak Kadir dan Ibu Siti. Namun karena nama emakku sama dengan nama depanku, jadi orang tuaku memutuskan untuk memanggilku dengan panggilan RIRIN. Karena nggak lucu kan kalau dalam satu rumah, ketika ada yang manggil Siti, nanti aku dan emakku noleh semua. Hahaha.

Lalu, apakah Ririn itu bukan nama asli? Ya kalau asli adalah lawan dari palsu, maka Ririn jelas bukan nama palsu. Nama Ririn itu adalah pemberian asli dari orang tuaku. Tapi apakah aku menjadi satu-satunya Ririn di dunia ini? Tentu tidak, ada banyak Ririn di luar sana. Tapi aku harap, hanya ada satu nama yang tak akan kau lupa, Ririn Kada. (Haha ngarep).

Ya perkenalkanlah aku Ririn Kada. Seorang wanita muda (nggak mau disebut tua meski usia sudah semakin senja) yang selama ini mendedikasikan diri sebagai crafter, librarian and writer. Tahun 2013 silam, aku dilamar oleh seorang pangeran bernama Anjar Siswo Saputro, yang akhirnya membuatku menjadi ratu sehari. Setelah hari itu aku semakin bahagia dengan berbagai keanugerahan dari Allah SWT, seorang malaikat kecil yang sekarang semakin membesar, dialah Salman Tsaqib Anjar Saputra (namanya kuabadikan jadi brand usaha) semoga kelak bisa diberi amanah lagi sebagai aset yang tak ternilai harganya.

Menjadi pustakawan, penulis, dan pebisnis craft itu merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Jika ada satu yang dilepas, duh kacau deh, ibarat smartphone tanpa kuota data. Hahaha.

Sejak masih menduduki bangku kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Ilmu Perpustakaan (alasan aku menjadi pustakawan dan penulis, cerita panjangnya aku ceritakan di postingan selanjutnya ajah, ya) aku mulai merintis kerajinan tangan dari kain flanel. Aku suka dengan hal-hal yang berbau kreatifitas gitu. Dan seiring berjalannya waktu, tentu dengan alur sejarah yang berliku, akhirnya terbangunlah sebuah brand Salman Craft. Oh ya kalau mau lihat produk-produknya, atau mau nambah income dengan menjadi reseller, silakan kunjungi:

IG : @salmancraftshop
FP : Salman Craft Shop
WA: 081931742744


Dan untuk bersapa lebih lanjut secara pribadi kunjungi dan follow/add akun sosmedku ini ya:


FB : Ririn Kada
IG : @ririn _kada


Salam Bahagia.

Komentar

Popular Posts

Pandai Mengukur, Lupa Bersyukur

Tak Apa Jika Pencapaian Kita Berbeda

Tak Mewah Tak Berarti Susah