Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Menyingkapi Nilai Diri dan Justifikasi

 

Jujurly, aku termasuk orang yang keder perihal penilaian orang. Tapi aku berusaha jadi mengubah pola pikir semenjak aku berteman dengan banyak orang, menggali wawasan dan tentu menambah bacaan.

Penilaian orang adalah bagian alami dari kehidupan kita. Dalam berbagai aspek kehidupan, kita sering kali dinilai oleh orang lain, baik itu dalam pekerjaan, hubungan sosial, atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian ini dapat berdampak signifikan pada diri kita, baik secara positif maupun negatif. Oleh karena itu, penting untuk memiliki pemahaman yang sehat tentang bagaimana menghadapinya.

Aku udah meresum beberapa point penting terkait bagaimana menyingkapi penilain orang tentang diri kita

Pertama, kita perlu menyadari bahwa penilaian orang adalah pandangan subjektif mereka dan tidak selalu mencerminkan siapa kita sebenarnya. Setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman, dan nilai-nilai yang berbeda, yang dapat memengaruhi cara mereka melihat dan menilai orang lain. Terkadang, penilaian tersebut mungkin lebih tentang orang yang memberi penilaian daripada tentang kita. 

Kedua, penting untuk memahami bahwa tidak mungkin untuk memenuhi semua harapan dan penilaian orang. Setiap orang memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap kita, dan kita tidak selalu dapat memenuhi semua harapan tersebut. Yang terpenting adalah kita tetap setia pada diri sendiri dan nilai-nilai kita, sambil berusaha untuk menjadi versi terbaik dari diri kita.

Ketiga, kita harus belajar untuk mengatasi reaksi emosional terhadap penilaian negatif. Ini tidak selalu mudah, tetapi penting untuk tidak mengambilnya secara pribadi. Mari kita coba untuk mendekati penilaian tersebut sebagai peluang untuk bertumbuh dan belajar. Tanyakan pada diri sendiri apakah ada benar-benar peluang untuk meningkatkan kualitas diri berdasarkan umpan balik yang kita terima. 

Keempat, penting untuk memiliki lingkaran pendukung yang positif. Teman-teman dan keluarga yang mendukung dapat membantu kita mengatasi penilaian negatif dan memberikan perspektif yang lebih seimbang. Mereka juga dapat memberikan dukungan emosional dan semangat untuk tetap melangkah maju.

Terakhir, jangan lupa untuk selalu merawat kesehatan mental dan emosional Anda. Menghadapi penilaian orang bisa menjadi stresor, dan penting untuk memiliki strategi untuk mengatasi stres ini, seperti meditasi, olahraga, atau konseling jika diperlukan. 

Dalam menghadapi penilaian orang, yang terpenting adalah menjaga kepercayaan diri, memahami bahwa kita tidak bisa memenuhi semua harapan, dan selalu berusaha untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. Dengan sikap yang sehat dan dukungan yang tepat, kita dapat mengatasi penilaian orang dengan lebih baik dan terus tumbuh dan berkembang sebagai individu.Toh kita memang tak bisa mengontrol perkataan/penilaian orang lain. Sementara kuasa kita hanyalah bagaimana kita menerimanya. Mari fokus saja pada hal-hal yang bisa kita kendalikan.

Ada tambahan lagi, terkait penilaian diri yang berujung justifikasi. Apakah justifikasi menurunkan nilai harga diri?

Tentunya, nilai diri kita tidak ditentukan oleh seberapa hebat yang kita lakukan. Mungkin benar hal-hal yang mencapai keberhasilan akan mendatangkan kepuasan. Akan tetapi itu bukan kebahagiaan. Harga diri yang hanya bertolok ukur seberapa sukses kita, seberapa menawan kita, seberapa kita disukai, itu adalah harga diri yang semu.

 

 

Komentar

Posting Komentar

Popular Posts

Pandai Mengukur, Lupa Bersyukur

Tak Apa Jika Pencapaian Kita Berbeda

Tak Mewah Tak Berarti Susah