Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

[CERPEN] Rahasia Lingkaran Besar

Gambar
Aku menatap heran tingkah Dandy yang sedari tadi memilih dan memilah buku-buku bekas di gudang. Dia tampak asyik. Sebagian wajahnya dibalut masker dan tangan kanannya memegang kemoceng. Benda berbulu itu seakan menjadi senjatanya ketika ada tumpukan debu menempel di setiap buku yang dia sentuh. “Cari apa, Nak?” seruku dari luar pintu gudang. “Pembungkus pecel, Yah,” ucapnya sambil menekuni buku-buku kusam itu. Aku tersenyum. Meski berakhir berantakan, tetapi aku bangga melihat sikap anak sulungku yang masih kelas 1 SD itu mau berusaha mengerjakan tugasnya. Selama bulan ramadhan ini, sekolahnya membuka program enterpreunerschool yang diadakan seminggu sekali. Dia mendapat tugas membawa barang dagangan untuk acara pasar Ramadhan. Kali ini dia berencana membawa pecel bungkus buatan bundanya. “Sini, Ayah bantuin!” Aku mendekatinya. Namun bocah lelaki yang belum genap 8 tahun itu malah menghalauku dengan telapak tangannya yang penuh debu. Aku mengernyitkan dahi. Heran. “Aya...

Aneka Koleksi Unik dan Istimewa

Gambar
  SLINGBAG RANTAI RITSLITING 2 _______ DETAIL PRODUK:  ▶Material: kain flanel ▶Ukuran: 15x22cm ▶Bagian dalam dilapisi puring ▶Bagian luar dilapisi plastik mika tebal ▶Bebas request warna, nama, ukuran, gambar. ▶Harga Rp 40.000,- ▶Kode :  TS2 TAS BOTOL MINUM _______ DETAIL PRODUK:  ▶Material: kain flanel ▶Ukuran: tinggi 15 cm, diameter 8cm ▶Bebas request warna, nama, ukuran, gambar. ▶Harga Rp 20.000,- ▶Kode :  TB SLINGBAG MINI RANTAI/TALI _______ DETAIL PRODUK:  ▶Material: kain flanel ▶Ukuran: 9x14cm ▶Bagian dalam dilapisi puring ▶Bagian luar dilapisi plastik mika tebal ▶Bebas request warna, nama, ukuran, gambar. ▶Harga Rp 20.000,- ▶Kode :  TSMINI SLINGBAG RANTAI RITSLITING 1 _______ DETAIL PRODUK:  ▶Material: kain flanel ▶Ukuran: 15x22cm ▶Bagian dalam dilapisi puring ▶Bagian luar dilapisi plastik mika tebal ▶Bebas request warna, nama, ukuran, gambar. ▶Harga Rp 35.000,- ▶Kode :  TS1 T...

[CERPEN] Senja Bersamamu

Gambar
“ Besok sore jam 5, kita ketemu disini ya” “ Kok jam 5?” “ Biar kita bisa menikmati senja bersama, oh iya kenalkan aku Ragil. Sampai jumpa besok !” lalu senyumnya menyembul di antara gigi-gigi putihnya. *** Dania berulangkali melihat jam di tangannya. Sudah 1 jam lebih dia menunggu. Berkali-kali dia meyakinkan dirinya bahwa dia tidak salah berada di tempat ini. Tempat yang dijanjikan lelaki itu, di jembatan baru Fly Over Ngelo. Begitu bodohnya mereka tidak saling bertukar nomor HP, jadi pada saat yang dijanjikan Dania hanya bisa menunggu pasrah. Menanti datangnya senja bersama seorang yang belum pasti. Senja telah berganti petang dan semakin gelap, Ragil tak kunjung datang, Dania lalu pulang dengan perasaan penuh kekecewaan. Dia ingin marah tapi dengan siapa? Apakah Ragil hanya mau mempermainkannya? Entah mengapa tiba-tiba terbesit keraguan dalam dirinya, betapa dia dengan mudahnya mempercayai perkataan lelaki yang baru saja dia kenal. Lelaki yang dia kenal gegara peris...

[CERPEN] Derai Cinta Papa

Gambar
John menunduk lesu. Sedari tadi dia hanya terdiam sambil memainkan ponselnya. “Maafkan, Papa,” celetuk seorang lelaki paruh baya yang duduk di sampingnya. Pandangan lelaki itu fokus ke depan. Kedua tangannya tampak terampil memainkan setir. “Terlambat!” tukas John. “Masih ada kesempatan menjadi runner up.” “Kalau saja Papa tadi tidak terlambat, aku pasti bisa memenangkan lombanya.” John masih menampakkan kekesalannya. “Apa hubungannya?” “Kedatangan Papa memecah konsentrasiku. Mengapa Papa datang di menit-menit terakhir? Aku gagal mempertahankan bolaku.” seloroh John. Emosinya sedikit tak terkendali. Peristiwa ini membuat pamornya menurun sebagai seorang atlit basket profesional. “Papa harus mengurus izin dulu di dinas. Sekali lagi, papa minta maaf.” Pemintaan maaf papa John tak membuat kekecewaannya berkurang. Dia masih tetap saja kesal. *** Malam terasa sunyi. Nyanyian burung hantu membuat suasana semakin mencekam. Seperti pikiran John. Banyak permasalaha...

Apalah Aku

Gambar
Aku Ririn. Begitulah orang-orang terdekat memanggilku. Meskipun nama itu tidak sesuai dengan akta kelahiran dan di identitas KTP, tapi nama itu sudah melekat erat pada diriku sejak aku lahir, pada puluhan tahun silam. Tentang nama ini tentu membuat bingung orang-orang yang baru mengenalku. Ya, karena apalah aku? Artis bukan, kaya enggak, pinter juga enggak, cantik? emang iya? Ah, enggak juga. Tapi... Oke, aku jelaskan ya. Secara official, namaku adalah Siti Kadarini. Orang tuaku memberi nama itu bukan tanpa alasan. Siti itu adalah nama emakku, dan Kada itu diambil dari nama ayahku Kadir. Sedangkan Rini, dalam bahasa jawa berarti anak perempuan. So, sudah jelas bukan, arti di balik nama asliku itu. Anak perempuan dari bapak Kadir dan Ibu Siti. Namun karena nama emakku sama dengan nama depanku, jadi orang tuaku memutuskan untuk memanggilku dengan panggilan RIRIN. Karena nggak lucu kan kalau dalam satu rumah, ketika ada yang manggil Siti, nanti aku dan emakku noleh semua. Haha...

Bergotong-Royong Mendenyutkan Jatungnya Pendidikan

Gambar
Semboyan “Perpustakaan adalah Jantungnya Pendidikan” sepertinya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Keberadaan perpustakaan tersebut membantu meningkatkan kualitas pengetahuan pada anak didik. Hal ini memang benar adanya bahwa salah satu sarana dalam menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah adalah perpustakaan. Adanya perpustakaan sekolah dimaksudkan untuk memberikan pelayanan bahan bacaan atau bahan informasi kepada komunitas sekolah yang bersangkutan seperti siswa, guru, dan karyawan. Tujuan perpustakaan terutama untuk menghimpun bahan pustaka yang menunjang kurikulum pendidikan, sehingga perpustakaan sekolah diharapkan dapat memfasilitasi para siswa untuk mempertinggi daya serap dan penalaran dalam proses kegiatan belajarnya. Fungsi perpustakaan juga telah disebutkan dalam Undang-Undang Perpustakaan tahun 2007 pasal 3 yaitu sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Se...

Perpustakaan Tanpa Pustakawan, Bagaikan Jantung Yang Tak Berdetak

Gambar
Tidak sedikit masyarakat yang masih memandang sebelah mata tentang profesi seorang seorang pustakawan. Banyak di antara mereka yang beranggapan bahwa pustakawan hanyalah tukang penjaga buku, yang sering tidak diakui keberadaannya. Peran pustakawan dianggap kurang penting, bahkan jarang mendapat apresiasi dari masyarakat. Pustakawan dianggap sebagai profesi yang tidak bonafit dan tidak excelent. Hal ini mungkin sangat menyakitkan, terutama bagi mahasiswa yang saat ini sedang menempuh pendidikan di bidang ilmu perpustakaan. Komentar yang tidak sedap perihal jurusan ilmu perpustakaan itu sendiri sering terdengar dari orang-orang terdekat seperti : ”Mau jadi apa kok kuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan?” ”Oh... ada to jurusan Ilmu Perpustakaan itu?” ”Oh... mau jadi tukang penjaga buku ya....” Mereka yang beranggapan seperti itu mungkin belum sadar betul akan hakikat seorang pustakawan. Bahkan mungkin mereka belum mengenal atau belum mengetahui akan pentingnya perpustakaan i...

Kuat Karena Qoute

Gambar
Emang, jadi penulis dapat apa? Emang, jadi penulis bisa kaya? Pernah nggak denger ada komentar seperti itu? Kalau yang berkomentar itu orang yang gak dikenal mah santuy aja, tapi yang paling miris kalau komentar miring itu muncul dari mulut orang terdekat. Po ra ambyarrr. Huaahuaaa... Tapi kembali lagi ke tujuan awal kita. Tentang niat seperti yang pernah aku tulis sebelumnya  di sini Banyaknya rintangan yang menghadang, hempas kan saja. Tidak usah pedulikan nyiyiran. Kalau dibilang jadi penulis biar kaya? Iya dia pasti akan kaya. Kaya ilmu, kaya relasi, kaya wawasan. Iya kan?? 💞 Karena aku yakin, saat kita melakukan hal yang baik pasti akan mendapatkan respon baik pula. So, teruslah menulis, teruslah berkarya tanpa peduli seberapa besar penghargaan yang akan kau terima.

Ternyata, Istiqomah Itu Tidak Mudah

Gambar
Apa itu istiqomah? Nama tetangga sebelah? haaha. Bukan, istiqomah itu kata lain dari konsisten. Apa iya? Yaa, kalau ga percaya ya buka KBBI ajah. Kalau bukak KBBI istiqomah itu teguh pendirian atau selalu konsekuen.  Istiqomah ini juga berarti lurus, tanpa menyimpang dengan meninggalkan semua bentuk larangan dari Allah SWT. Tentu orang-orang yang istiqomah ini akan mendapat yang luar biasa dari Sang Maha Kuasa. Kata yang hanya terdiri dari 9 huruf ini top banget jika bisa diimplementasikan dalam hal/bidang yang kita tekuni Lalu, bagaimana istiqomah dalam hal menulis? Ini masih PR banget buat aku pribadi. Sebagai seseorang yang mendedikasikan hidup untuk menulis, tentu ini tantangan besar. Contoh nyatanya ya, ini nulis diblog saja, kayak abu-abu. Dibuat kapan, ngisinya kapan. Ahhh...maluu. Tapi, ada satu tekat aku pingin istiqomah, pokoknya everyday is nulis day. Doain ya, man-teman semoga bisa konsisten ngisi blog ini. Aamiiin. Oke, ada beberapa hal ya...

Dua Kebaikan Si Penjual Sayur

Gambar
Di tengah teriknya siang itu, aku tetap melaju bersama motor bututku. Kondisi mesin yang sudah tua membuat jalanku melambat. Menjadikan panas semakin menyengat. Namun harus kujalani, karena anakku sudah menanti. Sepulang menjemput Salman dari sekolahnya, aku berhenti di sebuah kedai sayur sederhana. Hasratku teringat dengan Abu Salman yang ingin makan ikan asin. Segera kucari deretan ikan asin itu, kupilih yang bagus dan tentu yang paling murah. Saat asyik memilih-milih tiba-tiba terdengar celetukan suara seorang lelaki yang sedari duduk di depan kedai. Si penjual sayur. “Kui adikke ya, Mbak?” ucapnya sambil memperhatikan Salman yang sedang duduk di jok motor. “Nopo, Mas?” tanyaku sembari memastikan pendengaranku, takut salah dengar ketika dia menyebut “adik”. “Niku adikke?” ulangnya. “Anakku e niku, Mas!” ucapku sambil tertawa. Si Penjual sayur itu pun ikut tertawa seakan jawabanku itu sebuah candaan. “Mosok sih, nek anakke njenengan?” “Saestu, Mas.” “Kok r...

[CERPEN] Titipan Sepeda Pak Tong

Gambar
Oleh: Ririn Kada Gadis berambut lurus dengan cardigan warna putih itu mondar mandir di pinggir jalan. Berkali-kali dia usap benda persegi panjang warna hitam yang ada di tangan kanannya. Lalu mendekatkannya ke telinga. Raut wajahnya mengiba. Mengharap ada jawaban suara dari seberang sana. Tak berselang lama, datanglah seorang laki-laki muda bersama Toyota Camry-nya, berhenti di seberang jalan, tepat di depan ruko bertuliskan “Titipan Sepeda Pak Pong”. “Ay, gimana nih, belum bisa nitipin motor.” Gadis itu langsung menghampiri si lelaki. Lelaki yang dipanggil Ay, itu lalu menggandeng tangan si gadis. Mereka berdua lalu bergegas masuk ke dalam ruko, menemui seorang lelaki berusia sekitar 50 tahun yang sedang duduk di depan meja samping pintu masuk. Dialah pemiliknya, Pak Pong.   “Setiap pelanggan baru yang akan menitipkan motor di tempat ini harus ngisi formulir. Nanti ngisi nama lengkap, nomor identitas, alamat, tujuan pergi, keterangan selanjutnya naik apa, dan mengisi ...

Bagaimana Aku Memulai Menulis?

Gambar
Sejak kecil aku sangat suka berimajinasi. Ya, boleh dibilang suka berkhayal. AKu sering bermain peran, meski hanya sendirian. Pernah aku meminjam handuk kecil milik Emak, yang biasa beliau gunkan untuk daleman mukena, biar gak langsung basah mengenai mukena yang berakibat hitam-hitam [sebut saja dogkremak, hihi]. Lalu aku menyulapnya menjadi rambut panjang terurai bak seorang putri raja, dan mulainya sebuah skenario kehidupan di sebuah kerjaaan. Tidak hanya sampai di situ, sebenarnya masih banyak imajinasi-imajinasi yang kumainkan saat masih kecil. Dan itu berlanjut ketika aku sudah menginjak SMP. Imajinasiku bertambah dengan adanya interaksi dengan lelaki. Aku mulai tertarik ketika melihat lelaki gagah yang berparas tampan. Disitu aku mulai berkahayal, bagaimana jika lelaki tampan itu menjadi pacarku. Ahhh...kayaknya bahagia. Begitulah apa yang kukira-kira. Dari imajinasi itulah aku mulai mengarang sebuah cerita, tentu dengan tokoh si laki-laki tampan itu. Aku mem...

Gara-Gara Main Kuda-Kudaan

Gambar
Beberapa bulan terakhir ini kami dibuat resah dengan insiden hilangnya KK / kartu keluarga kami. Meski barang sepele namun KK adalah termasuk salah satu arsip pribadi yang sangat penting, bahkan menurut kami itu termasuk dalam kategori barang berharga. Bagaimana tidak? untuk mendapatkan selembar kertas itu kami harus meluangkan waktu berhari-hari, dan tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tapi juga tidak banyak banget sih, hehe. Kerisauan itu semakin meraja lela ketika kami membayangkan jika harus mengurus pembuatan KK baru lagi, betapa banyak hal yang akan kami buang lagi, urusan izin kerja yang belum tentu di acc, urusan dengan polisi untuk mengurus berita kehilangan, dan tentu akan membutuhkan biaya lagi, itu belum dihitung biaya uang bensin dan uang makannya karena sudah dipastikan dalam mengurus tetek bengeknya tak cukup 1 jam. Segala penjuru pelosok rumah sudah kami geledahi. Setiap lorong-lorong sempit kami telusuri, kolong-kolong yang terselubung p...