Di tengah teriknya siang itu, aku tetap melaju bersama motor
bututku. Kondisi mesin yang sudah tua membuat jalanku melambat. Menjadikan
panas semakin menyengat. Namun harus kujalani, karena anakku sudah menanti.
Sepulang menjemput Salman dari sekolahnya, aku berhenti di
sebuah kedai sayur sederhana. Hasratku teringat dengan Abu Salman yang ingin makan
ikan asin. Segera kucari deretan ikan asin itu, kupilih yang bagus dan tentu
yang paling murah. Saat asyik memilih-milih tiba-tiba terdengar celetukan suara
seorang lelaki yang sedari duduk di depan kedai. Si penjual sayur.
“Kui adikke ya, Mbak?” ucapnya sambil memperhatikan Salman
yang sedang duduk di jok motor.
“Nopo, Mas?” tanyaku sembari memastikan pendengaranku, takut
salah dengar ketika dia menyebut “adik”.
“Niku adikke?” ulangnya.
“Anakku e niku, Mas!” ucapku sambil tertawa. Si Penjual
sayur itu pun ikut tertawa seakan jawabanku itu sebuah candaan.
“Mosok sih, nek anakke njenengan?”
“Saestu, Mas.”
“Kok rung wangun nek niku putrane. Wong njenengan isih enom
kok anakke wis gede semono.”
Aku hanya terkekeh, lalu menyerahkan ikan asin pilihanku
yang harganya empat ribu rupiah kemudian mengambil dua buah tomat yang ada di
keranjang bawah.
“Pun mas, niki pinten sedaya.”
“Sek Mbak, tomate tak timbange.” Si Penjual sayur itu
langsung menaruh tomat e di atas timbangan
“kurang mbak tomate, digenepi ya,” lanjutnya, lalu mengambil
lagi beberapa tomat dari keranjang yang sama.
“Karo iwakke kabeh limang ewu, Mbak,” ucapnya lagi sambil
memasukkan belanjaanku ke dalam kantong plastik.
Aku menekuni isi dompetku lalu menyerahkan uang lembaran
berwarna kuning bergambar Dr.K.H. Idham Chalid. Kemudian berpamitan dan
bergegas pulang.
Sesampai di rumah, kubuka isi belanjaan. Baru kusadari jika
tomat yang seharga seribu itu berisi sebanyak delapan buah. Padahal perkiraanku
paling ya seribu dapat tiga atau empat biji. Sungguh girangnya hatiku. Si
Penjual sayur itu sudah membuat hatiku terhibur dengan mengatakan bahwa aku
terlihat muda, ditambah lagi dikasih harga tomat yang semurah ini. Yah, semoga
saja dia tidak salah hitung.
Komentar
Posting Komentar