Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

Bergotong-Royong Mendenyutkan Jatungnya Pendidikan



Semboyan “Perpustakaan adalah Jantungnya Pendidikan” sepertinya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Keberadaan perpustakaan tersebut membantu meningkatkan kualitas pengetahuan pada anak didik. Hal ini memang benar adanya bahwa salah satu sarana dalam menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah adalah perpustakaan. Adanya perpustakaan sekolah dimaksudkan untuk memberikan pelayanan bahan bacaan atau bahan informasi kepada komunitas sekolah yang bersangkutan seperti siswa, guru, dan karyawan. Tujuan perpustakaan terutama untuk menghimpun bahan pustaka yang menunjang kurikulum pendidikan, sehingga perpustakaan sekolah diharapkan dapat memfasilitasi para siswa untuk mempertinggi daya serap dan penalaran dalam proses kegiatan belajarnya. Fungsi perpustakaan juga telah disebutkan dalam Undang-Undang Perpustakaan tahun 2007 pasal 3 yaitu sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Sedangkan tujuan perpustakaan itu sendiri adalah untuk memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Menurut Qalyubi.dkk (2007:9) fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

a. Sebagai sumber kegiatan belajar mengajar. Perpustakaan sekolah berfungsi membantu program pendidikan dan pengajaran sesuai dengan tujuan yang terdapat di kurikulum. Mengembangkan kemampuan anak menggunakan sumber informasi. Bagi guru, perpustakaan sekolah merupakan tempat untuk membantu guru mengajar dan tempat bagi guru memperkaya pengetahuan.

b. Membantu peserta didik memperjelas dan memperluas pengetahuan pada setiap bidang studi. Keberadaan tujuan perpustakaan sekolah harus terintegrasi dengan seluruh kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai laboratorium ringan yang sesuai dengan tujuan yang terdapat di dalam kurikulum.

c. Mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan mandiri.

d. Membantu anak untuk mengembangkan bakat, minat, dan kegemarannya.

e. Membiasakan anak untuk mencari informasi di perpustakaan, kemahiran anak dalam mencari informasi di perpustakaan akan menolong untuk belajar mandiri dan memperlancar dalam mengikuti pelajaran selanjutnya.

f. Perpustakaan sekolah merupakan tempat memperoleh bahan rekreasi sehat melalui buku-buku bacaan yang sesuai dengan umur dan tingkat kecerdasan anak.



Sudah seharusnya perpustakaan bukan hanya merupakan unit kerja yang menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan wawasan, tetapi juga merupakan bagian integral dari pembelajaran. Sehingga semboyan perpustakaan sebagai jantungnya pendidikan benar-benar bisa difungsikan sebaik-baiknya, jangan sampai perpustakaan berubah menjadi bangunan mati yang tidak mempunyai arti. Hal ini menjadi tugas bersama bagi warga sekolah untuk membangun budaya yang positif seperti budaya membaca dalam memanfaatkan perpustakaan. Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan. Diperlukan kerjasama antar sesama warga sekolah khususnya kepala sekolah, guru/karyawan dan pustakawan atau pengelola perpustakaan untuk dapat mewujudkan perpustakaan sebagai sumber belajar. 



Peran Kepala Sekolah dalam Pemanfaatan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar

Menciptakan penguatan/loyalitas tinggi terhadap kelembagaan perpustakaan sekolah memang sangat penting. Dengan adanya loyalitas yang tinggi dan mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap perpustakaan sekolah, maka diharapkan untuk semua lapisan masyarakat mempunyai rasa cinta akan ilmu pengetahuan yang terdapat di perpustakaan, rasa cinta tersebut akan menyalurkan hasrat pemakai perpustakaan untuk merawat dan memanfaatkan koleksi yang ada secara tepat guna. Kepedulian semua pihak terhadap fungsi perpustakaan sekolah sangat diharapkan agar perpustakaan sebagai jantung di sekolah dapat benar-benar berjalan guna meningkatkan atomosfir pembelajaran dan sebagai sumber berbagai pengetahuan di sekolah. Perlu adanya perhatian serius dari seluruh pihak sekolah misalnya dengan pemberian anggaran lima persen untuk pengembangan perpustakaan.

Kepala sekolah berperan sebagai motivator dan pelopor agar perpustakaan dapat dimanfaatkan sebagai jantungnya sekolah. Selain itu Kepala Sekolah turut mendukung kegiatan lainnya dalam rangka mewujudkan perpustakaan sekolah yang merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan, dimana bersama-sama dengan unsur-unsur pendidikan lainnya turut menentukan berlangsungnya suatu proses pendidikan dan pengajaran yang berhasil. Berdasarkan informasi dan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui membaca dan belajar di perpustakaan dapat berfungsi sebagai cadangan pengetahuan bagi seluruh kehidupan manusia di kemudian hari.





Peran Guru dalam Pemanfaatan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar

Perpustakaan sekolah sebagai penunjang utama dalam kegiatan pembelajaran mempunyai sumbangan yang sangat besar nilainya dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan belajar yang ditunjang oleh fasilitas serta koleksi yang tersedia di perpustakaan akan memberikan pengalaman ganda yaitu dapat mencapai tujuan pengajaran dan kemampuan menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar. Buku dan perpustakaan mempunyai nilai yang sangat tinggi dalam menunjang keberhasilan siswa, sebab siswa harus mempunyai pengetahuan yang luas (Sumiati, 2009:154). Dalam hal ini guru mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung pemanfaatan perpustakaan.

Berkenaan dengan pemanfaatan perpustakaan, guru memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik dan berminat untuk memanfaatkan bahan pustaka yang disediakan di perpustakaan. Guru dapat menjadi fasilitator dan memberikan teladan dengan cara memberikan bimbingan kepada siswa agar gemar membaca buku-buku yang diperlukan dan dapat mengembangkan berbagai pengetahuan lainnya diluar materi pelajaran di kelas..

Hal ini mengandung pengertian bahwa guru berusaha untuk mengetahui secara pasti kebutuhan sumber-sumber pustaka yang dibutuhkan oleh siswa, guru itu sendiri ataupun kebutuhan dalam pengembangan pengetahuan lainnya yang relevan. Dengan demikian terciptalah kerjasama yang harmonis antara guru dan pustakawan. Di mana guru sebagai pengguna informasi dan sedangkan pustakawan sebagai penyedia informasi. Guru sebagai salah satu sumber informasi bagi peserta didik harus mempunyai informasi yang luas. Salah satu acuannya adalah datang ke perpustakaan setiap waktu.



Peran Pustakawan dalam Pemanfaatan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar

Tugas pustakawan seperti yang dikemukakan oleh Lasa (2007:39) ialah melaksanakan pengadaan, mengolah bahan pustaka, memberdayakan bahan informasi. Selain bertugas melaksanakan kegiatan perpustakaan seperti pengadaan, pencatatan, klasifikasi, pemeliharaan koleksi serta pelaksana pemanfaatan perpustakaan. Bapak Anang Sulistio juga berperan sebagai penyedia informasi. Beliau bekerja sama dengan guru dalam mendukung pemebelajaran di kelas dengan menyiapkan sumber informasi yang para guru butuhkan. Dengan demikian Bapak Anang juga berperan sebagai fasilitator, dengan merencanakan program-program kreatif seperti pengadaan lomba mewarnai, pembuatan bulletin maka dapat mempromosikan keberadaan perpustakaan.



Ada banyak kegiatan positif yang dapat dilaksanakan di Perpustakaan sebagai sarana meningkatkan budaya membaca siswa guna menambah pengetahuan belajar siswa di luar kelas. Diantaranya :

1. Menciptakan pengajaran yang terkait dengan pemanfaatan fasilitas yang tersedia di perpustakaan.

2. Mengadakan kegiatan sebagai promosi perpustakaan dengan mengambil event-event khusus.

3. Mengadakan kegiatan wajib baca di perpustakaan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Lasa (2007:190) bahwa kegiatan meringkas buku merupakan salah satu cara efektif agar siswa mau membaca dimulai dengan buku yang sesuai keinginan mereka, sehingga minat membaca mereka pun akan tumbuh dengan sendirinya. Selanjutnya Lasa juga menyebutkan bahwa peringkasan buku ini tidak langsung buku pelajaran atau buku-buku ilmiah. Sebaliknya dimulai dari meringkas berita surat kabar, lalu meringkas artikel popular. Tahap berikutnya, para siswa ditugasi untuk meringkas artikel ilmiah, lalu buku-buku fiksi.Setelah mereka itu dianggap mampu meringkas karya-karya tersebut, baru kemudian ditugasi untuk meringkas buku-buku non fiksi.



kegiatan wajib baca ini merupakan caranya agar perpustakaan itu digunakan dengan sebaik-baiknya dan buku juga dapat dibaca/digunakan dengan suatu bimbingan dengan jam yang telah ditentukan sehingga perpustakaan dapat diwujudkan sebagai jantungnya sekolah. 



kegiatan pemanfaatan perpustakaan ini tidak hanya wajib baca. Menurut pemaparan Bapak Anang selain kegiatan wajib baca, masih ada kegiatan ada kelompok pembuatan mading, ada pembuatan bulletin dengan membentuk sebuah tim yang diberi nama komunitas pustaka, komunitas ini bekerja sama untuk menerbitkan sebuah bulletin sekolah yang terbit setiap dua minggu sekali, bulletin ini pada dasarnya meliputi ringkasan kegiatan wajib baca yang diadakan selama di sekolah ini ditambah dengan melatih keterampilan anak dalm memanfaatkan teknologi, karena anak juga mengetik sendiri naskah artikel yang akan dimuat di bulletin tersebut. Selain itu anak-anak juga akan belajar melatih mental mereka dengan mewawancarai bapak/ibu guru untuk memperoleh berita. Tak hanya itu saja, kadang untuk mengisi kegiatan saat hari raya kurban, atau saat hari-hari setelah ujian akhir semester itu juga dari program perpustakaan itu ada lomba mewarnai.

Senada dengan Mustofa (1996:56) bahwa salah satu cara efektif untuk menembus pembatas dan penghalang komunikasi antara perpustakaan dan penggunanya adalah dengan jalan mengadakan kegiatan perpustakaan yang melibatkan pustakawan dan penggunanya. 

Hal ini merupakan upaya inovatif agar perpustakaan tidak hanya untuk menyimpan buku saja, selain adanya kegiatan peminjaman dan pengembalian tentu saja ada program yang memotivasi anak agar mau ke perpustakaan.Serta ada rangsangan bagaimana caranya agar buku itu dibaca.

Pemanfaatan perpustakaan dalam proses belajar mengajar juga mengacu pada Rancangan Program Pembelajaran (RPP) setiap guru. Hal ini merupakan salah satu penerapan pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar. Dengan adanya pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar, tentu akan berdampak bagi siswa dalam mencapai prestasi belajarnya, tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh pemnfaatan perpustakaan ini berdampak positif bagi perkembangan siswa.



Dimuat di Majalah Candra Disdikpora DIY edisi III tahun 2018 

Komentar

Popular Posts

Pandai Mengukur, Lupa Bersyukur

Tak Apa Jika Pencapaian Kita Berbeda

Tak Mewah Tak Berarti Susah