Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Tidak Mengurusi Perpustakaan, Katanya.

Gambar
Sebagai pustakawan, aku sangat percaya bahwa perpustakaan adalah jantung dari sebuah ekosistem literasi di sekolah. Bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan adalah ruang hidup, tempat tumbuhnya gagasan, kreativitas, dan kecerdasan para siswa. Maka, wajar jika aku berharap semua elemen sekolah, terutama para guru, memiliki perhatian yang besar terhadapnya. Namun, suatu hari aku berbincang dengan seorang teman—seorang guru yang kukagumi karena kompetensinya yang luar biasa. Dia adalah figur yang dikenal sebagai guru penggerak, sosok yang sering digadang-gadang sebagai inspirasi dalam memajukan pendidikan. Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepadanya tentang perpustakaan di sekolahnya. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang bersemangat atau refleksi mendalam, dia malah berkata dengan santai, “Bagaimana apanya? Aku tidak mengurusi perpustakaan.” Jawaban itu membuatku tercekat. Aku tidak tahu apa yang lebih menohok—apakah nada seolah-olah perpustakaan itu tidak pentin...

[CERPEN] Mencintaimu dengan Maaf

Gambar
Mas Pramono, adalah lelaki yang menikahiku 8 tahun yang lalu. Kami bertemu pertama kali saat mengikuti ujian seleksi mahasiswa baru. Berawal dari meminjam penghapus menjadi alasan dia untuk mulai berkenalan denganku. Perkenalan kami terus berlanjut sampai akhirnya kami diterima di universitas yang sama dan jurusan yang sama pula. Sejak itulah hubungan kami semakin erat. Aku semakin mengaguminya karena dia cerdas dan aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan kampus. Prestasinya juga membanggakan, tak heran jika dia selalu terlibat dalam proyek penelitian dosen. Aku selalu setia menemaninya, selalu membantu apapun yang dia butuhkan. 4 tahun kebersamaan kami telah menorehkan beberapa kenangan indah di kota tempat aku mengenyam pendidikan di kampus ini. 14 Januari 2007 adalah hari yang sangat bersejarah bagi kami, dengan janji suci yang dia ucapkan di hadapan penghulu kami resmi menjadi pasangan suami istri. Kebahagiaan menyelimuti hari-hari kami. Menyambut mentari b...

[CERPEN] Shadev Wannabe

Gambar
Tas ransel dan segala peralatan mendaki terkemas rapi. Sudah jauh-jauh hari dia mempersiapkan semuanya karena ini pendakian perdana bagi Mala sebagai tim Pecinta Alam di kampus. Dirasa semua sudah beres, gadis tomboi berhijab itu menatap seisi ruangan berukuran 3x5 yang dia tempati bersama adiknya. Matanya mengedarkan pandangan seraya berpamitan kepada seluruh penghuni kamar bahwa dua malam tak akan bersua. Mendadak dia terkejut saat retina matanya menangkap setumpuk buku yang ada di atas meja belajar. Kemudian ia menghampiri benda itu. “Ya ampun Tita, Shadev lagi?” seru Mala setengah berteriak. Merasa namanya disebut, si pemilik nama lalu muncul dari balik pintu. Menyadari bahwa kepunyaannya diketahui oleh sang kakak, Tita hanya nyengir sambil memunguti barang itu. Sekumpulan novel romance. Mala terheran dengan sikap adiknya yang hobi mengoleksi novel Shadev, penulis ternama yang sudah menghasilkan puluhan novel best seller. Tak heran jika hampir seluruh rak bukuny...

[CERPEN] Looking For You (Bagian 3)

Gambar
Bagian 1   Bagian 2 Mobil Bu Winda sudah sampai di sebuah gedung besar bercat putih. Ada plang besar menghadap jalan, bertuliskan “Rumah Sakit Jiwa Raflesia Indah”. Aku masih bertanya-tanya mengapa Bu Winda membawaku ke sini. Tanpa banyak bicara beliau langsung mengajakku masuk, menyusuri lorong panjang yang begitu mencekam. Tak ada orang lain yang berseliweran. Aku tahu, ini sudah sangat malam. Sepi. Memang saatnya mereka istirahat. Akhirnya kami berhenti tepat di depan pintu kamar VIP, bertuliskan “Figo Omatsu Rahardi”. Aku langsung terperanjat. Jantungku seakan berhenti seusai membaca nama itu. Tak lama kemudian pintu terbuka. Seorang lelaki berjas hitam dengan mata sipit muncul dari balik pintu. “Kamu, Mala, ya?” Lelaki itu menyalamiku dan senyumnya merekah indah. Membuat degub jantungku normal kembali. “Terima kasih, kamu mau datang. Terima Kasih.” Ucapannya terdengar tulus. Dia memegang erat tanganku, mantap. Aku mencoba tersenyum walau sebenarnya masih bingung. “Bagaiman...

[CERPEN] Looking For You (Bagian 2)

Gambar
Bagian 1 Sehari sebelum dia pergi menghilang, aku mengajaknya belajar bersama di rumah Andi. Saat aku dan Figo menyelesaikan soal, Andi datang membawa sekeranjang buah mangga hasil panenannya. “Ayo, makan dulu,” Andi mengambil sebuah pisau dan siap mengupas mangga. Tiba-tiba Figo langsung beranjak, menatap pisau yang dibawa Andi. Sontak aku kaget, begitu juga dengan Andi. “Lepaskan! Cepat! Lepaskan!” Figo berteriak dengan lantang. Sorot matanya tajam seakan siap menerkam. Andi yang masih memegang pisau hanya termangu. “Mala, cepat pergi! Kamu, pergi! Cepaattt!!” teriaknya semakin keras. Aku bingung, apa yang harus kuperbuat. Lalu kuputuskan keluar memanggil orang-orang sekitar. Keributan terjadi. Sempat ada adu mulut antara dua cowok itu. Keriuhan bertambah saat warga berdatangan. Figo malah menyerang dan memukuli Andi, meski Andi sudah melepaskan pisaunya. Seakan tak ada jeda untuk melawan, Andi hanya pasrah. Perasaanku kalut. Aku melihat, dia bukan seperti Figo biasanya. ...

[CERPEN] Looking For You (Bagian 1)

Gambar
Bangku itu masih kosong. Sudah tiga hari tak berpenghuni. Tak ada lagi yang menggoyang-goyangkan kaki kursi. Suara berisik saat meminjam catatan pun sudah tak terdengar. Dan sampai saat ini, aku tak tahu kemana pemiliknya pergi. Kelas sudah sepi. Aku mulai berkemas-kemas. Memunguti buku-buku yang berserakan di atas mejaku. Memasukkannya ke dalam tas. Tiba-tiba tanganku terhenti pada sebuah buku tulis berwarna merah. Aku sangat hafal sampulnya. Begitu juga dengan tulisan tangan sebuah nama inisial, FOR, si pemilik meja kosong di belakangku itu. Aku hampir lupa mengapa buku ini bisa ada di dalam tasku. Kemudian aku kembali teringat saat masih bersamanya, sepulang sekolah. “Aku sudah membantumu mencarikan bengkel sepeda. Sebagai upahnya, kamu harus menuliskan semua catatan pelajaran tiga hari kedepan, di bukuku ini.” Dia menyeringai sambil menyodorkan buku merah tebal. “Itu tidak setimpal. Kamu hanya membawa sepedaku ke bengkel yang jaraknya cuma 200 meter. Sementara, menulis ...

Tak Mewah Tak Berarti Susah

Gambar
Punya sepeda bagus tentu menjadi impian bagi anak yang kesehariannya naik sepeda ke sekolah. Begitulah diriku. Ketika menginjak SMP, aku memutuskan untuk menempuh perjalanan 3 km dari rumah ke sekolah dengan bersepeda. Keputusan itu juga atas restu orang tua dengan pertimbangan efisiensi uang dan waktu. Hemat. “Mending ngepit wae Rin, nek numpak bus ra cucok, rung sido lungguh andang wis tekan,” ujar Emak. Zaman dulu belum ada gojek, dan orang tua tidak bisa mengantar jemput setiap hari. Memang benar aku naik bus itu cuma sebentar, padahal jauh dekat tarifnya sama. Namun sebagian teman-temanku banyak yang memilih untuk berangkat naik kendaraan umum itu. Dengan berbekal sepeda hitam bekas (bekasnya kakak) aku mengayuh sepeda itu melewati jalanan yang terjal dan tanjakan. Lelah? Iya tentu. Apalagi sepeda ini sudah tua, onderdilnya sudah pada aus. Buruknya lagi, sampai sekolah keringatan. Tapi nggak papa lah kata Emak itu sehat. Oke deh, aku nurut. Coba aja punya sepeda baru y...

Akhirnya Kumenemukannya! Cara Mudah Menghapus Background Foto

Gambar
Selama ini aku selalu bingung bagaimana agar bisa menghapus background lalu menggantinya dengan warna dan desain baru. Mungkin sudah banyak yang tahu bagaimana cara menghapus background foto? Tapi baru-baru ini aku mengetahuinya, ternyata ada cara superrrr mudah bvanget tentang menghapus backgroun foto. Emang untuk apa background mesti dihapus? Kalau aku pribadi perlu banget, sebagai pengisi konten instagram, aku butuh memodifikasi desaindesain feed yang cucok dengan mengaplikasikan objek yang sudah dihapus backgroundnya. Selain itu, foto yang sudah dihapus backgroundnya, bisa diaplikasikan utnuk stiker whatsApp. Wah seruu, deh. Sebelum tahu cara cepat ini, aku mendownload sebuah aplikasi background eraser di HP, tapi ternyata njlimet juga, Gaes. Kupikir ini lebih mudah dibanding pake corel. Karena, jujur, aku pun belum mahir pakai itu. Akhirnya aku pake aplikasi di HP, eh ternyata nggak bisa detail menghapus bagian-bagian yang tersembunyi apalagi yang spacenya sempit....

[CERPEN] Gara-Gara Bopo (Bagian 3)

Gambar
Cerita Sebelumnya Hari masih pagi, Sachi kembali ke kostnya berganti pakaian, dan pergi ke perpustakaan kampus untuk melengkapi referensi. Menapaki semester akhir ini memang hal yang tak bisa di anggap enteng. Dia masih menyimpan rasa dag dig dug kalau-kalau nanti Jojo bersikap ketus lagi. Pertemuan pertama dengannya tempo hari menyisakan trauma yang luar biasa. Belum pernah sebelumnya dia mendapat perlakuan ketus dari seorang lelaki. Kalau bukan karena demi lulus tepat waktu, rasanya mustahil mau bertemu. Jam tangan Sachi sudah menunjuk pukul 14.54. Masih ada sisa waktu kurang lebih 1 jam untuk bersiap menemui Jojo. Mengingat jarak kampus dan rumah makan milik Jojo cukup jauh, dia segera berkemas. Namun memorinya kembali terganggu, dia lupa belum menanyakan tempat ketemuannya. Mengingat bahwa dulu Jojo pernah berpesan bahwa dia tidak mau ditemui di restorannya, dengan alasan tidak mau terganggu pekerjaannya. Sachi segera mengambil ponselnya dan menelepon Raka. Lama tak ada...

[CERPEN] Gara-Gara Bopo (Bagian 2)

Gambar
Cerita Sebelumnya “Nak, kamu kenapa kok wajahnya kayak gak pernah disetrika?” “Akung, apaan sih. Emang baju?” “Iya, kusut.” Kakeknya terkekeh, sementara Sachi masih tetap dengan ekspresi semula. “Aku nggak jadi melakukan riset gara-gara terlambat ketemu bosnya si pemilik restoran, Kung.  Orangnya galak, judes kaya harimau yang siap menerkam mangsanya. ” “Maaf, pasti gara-gara jemput Akung ya, kamu jadi kehilangan kesempatan tugas pentingmu.” “Ya, nggak gitu, Kung. Bagiku Akung juga penting,” Sachi lalu memeluk kakeknya. Kakeknya yang selalu disebut akung itu tersenyum tulus dan membalas pelukan cucu semata wayangnya. Sudah hampir 3 tahun dia tidak mendapatkan pelukan seperti ini, terakhir mereka berpelukan saat melepaskan kepergiannya untuk melanjutkan kuliah di Yogya. “Apa yang bisa kakek perbuat untuk membantu tugas akhirmu ini, Nak?” Sachi hanya menggelengkan kepala dia juga bingung. “Kalau narasumber kamu susah diajak kerja sama ganti tempat peneliti...

[CERPEN] Gara-Gara Bopo (Bagian 1)

Gambar
Lelaki berkemeja hijau telur asin itu tampak tak bersemangat mengaduk secangkir kopi panas yang tersaji di depannya. Matanya menatap ke arah jendela. Seakan sedang menanti sesorang. Diliriknya jam tangan lalu diikuti helaan napasnya memberat. Seperti sudah tidak ada daya lagi menunggu sesuatu yang sudah tidak pasti. Diambilnya selembar uang dari dompet yang terselip di saku belakang celananya. Lalu dia berdiri. Bersiap meninggalakan secangkir kopi yang belum sedikitpun dia seruput. “Mas Jojo, ya?” Tiba-tiba gadis berjilbab dusty pink muncul dari belakangnya dengan napas yang masih terengah-engah. Lelaki yang disebut namanya itu hanya menatapnya tajam. “Oh, jadi kamu Sachi?” ucap Jojo masih dengan ekspresi datar. “Benar. Maaf, terlambat, sudah membuat Mas menunggu ya,” Gadis itu lalu mengambil kursi dan merogoh secarik kertas yang sebuah pulpen dari dalam tas jinjingnya. Lelaki itu masih menatap dengan tatapan khasnya. “Apa bisa kita mulai sekarang?” ucap Sachi pa...

Kebahagiaan Hakiki dari Indahnya Berbagi

Gambar
Kebiasaan suka berderma atau memberi ternyata memiliki efek yang baik bagi kesehatan, baik fisik maupun emosi. Memberi merupakan ekspresi dari kesenangan atau kebahagiaan. Ekspresi ini timbul sebab adanya cinta. Cinta inilah yang menginginkan kita memberi kesenangan dan kebahagiaan pada orang lain. Ajaibnya pancaran kebahagiaan ini terlihat dari seseorang yang kita beri.  Yaps, inilah kebahagiaan. Kita merasakan puas bahkan bahagia luar biasa ketika seseorang juga merasakan kebahagiaan atas pemberian kita. Mungkin itulah alasannya, mengapa banyak orang melakukan hal yang sama. Sudah sepantasnya antar sesama, prinsip berbagi ini menjadi tradisi. Seolah-olah ini adalah bagian dari utuhnya kehidupan.  Tidak perlu menunggu menjadi kaya raya untuk bisa berbagi kepada sesama. Tidak juga harus bersikap heroik untuk membahagiakan orang lain. Mulai saja dari yang sederhana, yaitu peduli pada orang-orang di sekitar kita, seperti keluarga, pasangan, sahabat, tema...

[CERPEN] Mon, Ayo Move On. (Bagian 4)

Gambar
Cerita sebelumnya  Bagian 3 "Ternyata, kamu masih sama, Mon." Tatapannya tajam. Sungguh membiusku. "Kupikir kamu sudah berubah," lanjutnya. Bibirku jadi kelu. Tak bisa berucap lagi. Saat ini dia benar-benar sukses membuatku seperti manusia bodoh yang sedang kebingungan mencari contekan saat ujian. Aku tidak berubah bagaimana? Batinku.  "Setelah kita berpisah, aku berharap ada seseorang lagi yang hadir untuk menggantikanmu, Mon." Rangkaian ucapannya menghipnotisku. Aku seperti sedang tidak berhadapan dengan Johan yang biasanya. Dia nampak serius. Bahkan, dia tidak memakai kata "elu, gue" kayak sebelumnya. "Dan, akhirnya, udah ada kan sekarang?" pungkasku. Entah, aku bisa kuat nggak menerima jawaban sekaligus kenyataan, bahwa lelaki di depanku ini sebentar lagi akan benar-benar berpisah denganku. Dimiliki oleh orang lain. Batinku bergejolak.  Sejurus kemudian, Johan mengeluarkan secarik kertas tebal bewarna-warni dari saku baj...

[CERPEN] Mon, Ayo Move On. (Bagian 3)

Gambar
Cerita sebelumnya  Bagian 2 Setelah melampaui pemikiran yang panjang semalaman, akhirnya aku memutuskan datang ke Goldian Kafe. Meja nomer 5, tempat favorit kami. Meja itu menghadap ke area persawahan. Pemandangan yang indah. Tapi itu dulu. Jujur, setelah putus dengan Johan, aku nggak pernah lagi ke tempat ini. Tau kan, sebabnya? Biar nggak keinget dia mulu. Hiks... Perpisahan memang selalu meninggalkan luka. Ironisnya, luka ini aku yang ciptakan. Aku yang belum dewasa menjalani ini semua. Semenjak lulus kuliah dan dia diterima di sebuah perusahaan penerbitan, hubunganku dengan Johan tak seperti dulu. Dia sangat sibuk. Terlebih dengan sikap Johan yang selalu tidak peka dengan perasaanku. Memang bukan masalah orang ketiga, tapi aku selalu cemburu saat teman-teman kerjanya yang cewek begitu akrab dengannya. Mereka lebih tahu tentang Johan daripada aku. Johan lebih banyak menghabiskan waktu mereka saat mengerjakan proyek. Sementara, untuk bertemu denganku sangat susah. “Kita tim, ...

[CERPEN] Mon, Ayo Moven On (Bagian 2)

Gambar
Cerita sebelumnya  Bagian 1 Aku masih kepikiran email Johan. Tidak hanya emailnya, tepatnya, kenangan-kenangan yang telah tertoreh selama cinta itu masih terjalin. Hampir lima tahun kami bersama menjalani suka dan duka. Dulu, pertama bertemu, saat pesta sederhana ulang tahun Yaya, yang hanya dihadiri oleh keluarga Yaya, aku dan Johan, sobat dekat Bang Feri, abangnya Yaya. Karena tahu , HP Johan bagus, Bang Feri menyuruhnya menjadi juru foto. Dengan tangkas dan terlihat profesional, Johan menangkap setiap moment kebersamaan keluarga itu. Termasuk ada aku di dalam foto yang diambilnya. “Kak, nanti kirimin, ya,” ucapku sepontan pada Johan. Karena penasaran dengan hasil foto-fotonya. Padahal kita belum saling kenal. “Oke, share no wa aja,” Lalu aku menyebut nomerku dan dia langsung save sembari bertanya siapa namaku. Berawal dari situ akhirnya kita menjadi lebih akrab dan selalu kontak. Aku kagum dengan lelaki berparas sederhana tetapi memukau itu. Dia pribadi yang selalu...

[CERPEN] Mon, Ayo Move On.

Gambar
“Mon, minggu depan, gue mau nikah, loe harus dateng,ya. Kirimin alamat lengkap sama contact loe dong, biar gampang kalau mau kirim undangan.” Email dari Johan mengusik pagiku. Ternyata itu pesan yang dia kirim sejak 2 minggu yang lalu. Segera kubalas email itu dengan mengirim alamat dan nomer hp dan kuakhiri dengan pertanyaan tanggal pelaksanannya. Ternyata dia sedang on, email balasannya langsung masuk. “Ada apa Mon?” seloroh Yaya, teman sekantorku, "serius banget mantengin laptop?” “Email dari Johan,” “What? Tumben? Ada angin apa?” “Minggu depan dia mau nikah,” jawabku tak bersemangat. Aku tidak membayangkan jika secepat itu dia mendapatkan jodoh. Sedangkan aku, mantannya dulu, masih konsisten dengan kesendirian ini. Pikiranku jadi melayang ke masa enam bulan silam. Saat kami masih bersama, menjalin sebuah asmara khas anak remaja. Namun sayang, itu dulu. Sekarang dia sudah akan menyunting gadis pilihannya. “Apa? Johan mau nikah? Kapan?” “Tanggal 30...

[CERPEN] Rahasia Lingkaran Besar

Gambar
Aku menatap heran tingkah Dandy yang sedari tadi memilih dan memilah buku-buku bekas di gudang. Dia tampak asyik. Sebagian wajahnya dibalut masker dan tangan kanannya memegang kemoceng. Benda berbulu itu seakan menjadi senjatanya ketika ada tumpukan debu menempel di setiap buku yang dia sentuh. “Cari apa, Nak?” seruku dari luar pintu gudang. “Pembungkus pecel, Yah,” ucapnya sambil menekuni buku-buku kusam itu. Aku tersenyum. Meski berakhir berantakan, tetapi aku bangga melihat sikap anak sulungku yang masih kelas 1 SD itu mau berusaha mengerjakan tugasnya. Selama bulan ramadhan ini, sekolahnya membuka program enterpreunerschool yang diadakan seminggu sekali. Dia mendapat tugas membawa barang dagangan untuk acara pasar Ramadhan. Kali ini dia berencana membawa pecel bungkus buatan bundanya. “Sini, Ayah bantuin!” Aku mendekatinya. Namun bocah lelaki yang belum genap 8 tahun itu malah menghalauku dengan telapak tangannya yang penuh debu. Aku mengernyitkan dahi. Heran. “Aya...

Aneka Koleksi Unik dan Istimewa

Gambar
  SLINGBAG RANTAI RITSLITING 2 _______ DETAIL PRODUK:  ▶Material: kain flanel ▶Ukuran: 15x22cm ▶Bagian dalam dilapisi puring ▶Bagian luar dilapisi plastik mika tebal ▶Bebas request warna, nama, ukuran, gambar. ▶Harga Rp 40.000,- ▶Kode :  TS2 TAS BOTOL MINUM _______ DETAIL PRODUK:  ▶Material: kain flanel ▶Ukuran: tinggi 15 cm, diameter 8cm ▶Bebas request warna, nama, ukuran, gambar. ▶Harga Rp 20.000,- ▶Kode :  TB SLINGBAG MINI RANTAI/TALI _______ DETAIL PRODUK:  ▶Material: kain flanel ▶Ukuran: 9x14cm ▶Bagian dalam dilapisi puring ▶Bagian luar dilapisi plastik mika tebal ▶Bebas request warna, nama, ukuran, gambar. ▶Harga Rp 20.000,- ▶Kode :  TSMINI SLINGBAG RANTAI RITSLITING 1 _______ DETAIL PRODUK:  ▶Material: kain flanel ▶Ukuran: 15x22cm ▶Bagian dalam dilapisi puring ▶Bagian luar dilapisi plastik mika tebal ▶Bebas request warna, nama, ukuran, gambar. ▶Harga Rp 35.000,- ▶Kode :  TS1 T...

[CERPEN] Senja Bersamamu

Gambar
“ Besok sore jam 5, kita ketemu disini ya” “ Kok jam 5?” “ Biar kita bisa menikmati senja bersama, oh iya kenalkan aku Ragil. Sampai jumpa besok !” lalu senyumnya menyembul di antara gigi-gigi putihnya. *** Dania berulangkali melihat jam di tangannya. Sudah 1 jam lebih dia menunggu. Berkali-kali dia meyakinkan dirinya bahwa dia tidak salah berada di tempat ini. Tempat yang dijanjikan lelaki itu, di jembatan baru Fly Over Ngelo. Begitu bodohnya mereka tidak saling bertukar nomor HP, jadi pada saat yang dijanjikan Dania hanya bisa menunggu pasrah. Menanti datangnya senja bersama seorang yang belum pasti. Senja telah berganti petang dan semakin gelap, Ragil tak kunjung datang, Dania lalu pulang dengan perasaan penuh kekecewaan. Dia ingin marah tapi dengan siapa? Apakah Ragil hanya mau mempermainkannya? Entah mengapa tiba-tiba terbesit keraguan dalam dirinya, betapa dia dengan mudahnya mempercayai perkataan lelaki yang baru saja dia kenal. Lelaki yang dia kenal gegara peris...